Inilah 5 Kedudukan Anak dalam Pandangan Islam

Alfatihah.com – Memiliki anak yang shaleh merupakan impian setiap orang tua, namun tak semua orang tua beruntung bisa mengasuh dan mendidik anaknya menjadi pribadi yang shaleh dan patuh pada ajaran agama. Ada sejumlah kedudukan anak dalam pandangan islam bagi orangtuanya. Simak artikel berikut ini untuk mengetahui apa saja kedudukan anak dalam pandangan Islam.

5 Kedudukan Anak dalam Pandangan Islam

1. Sebagai Amanah

Kedudukan anak dalam pandangan Islam yang pertama adalah sebagai amanah yang dititipkan Allah Swt kepada seorang hamba. Oleh sebab itu, seorang hamba yang telah Allah berikan kepercayaan berupa buah hati yang dititipkan padanya, ia harus memperlakukan amanah tersebut sebaik-baiknya.

Cara memperlakukan anak dengan baik ialah mendidik, mengasuh, dan memberi makanan anak tersebut menggunakan uang yang halal. Anak tersebut harus dirawat dan dijaga sebaik mungkin agar tidak jatuh pada lembah maksiat. Jangan sampai ia terluka yang terlalu parah baik secara fisik maupun secara batin. Dilansir dari laman Nu Online, setiap orang tua harus mengajarkan anaknya agar beriman dan menyembah Allah Swt, karena di akhirat kelak setiap orang tua akan dimintai pertanggungjawaban terhadap anak yang telah diamanahkan tersebut.

2. Anugerah dan Nikmat

Kedudukan anak dalam pandangan islam yang kedua adalah anak merupakan sebuah anugerah sekaligus nikmat yang diberikan Allah Swt kepada setiap orang tua, karena tidak setiap orang tua diberi rezeki berupa kehadiran seorang anak. Anak sendiri disebut sebagai anugerah karena kehadirannya mampu memberi warna dalam sebuah rumah tangga. Selain berwarna, seorang anak pun mampu mengundang tawa dan meramaikan sebuah rumah dengan celoteh dan candaannya. Hal ini sebagaimana dipaparkan dalam Q.S As-Syura ayat 49-50, dalam ayat tersebut dijelaskan bahwa Allah Swt menganugerahkan anak kepada hamba-hambanya yang dikehendaki.

 لِلّٰهِ مُلْكُ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِۗ يَخْلُقُ مَا يَشَاۤءُ ۗيَهَبُ لِمَنْ يَّشَاۤءُ اِنَاثًا وَّيَهَبُ لِمَنْ يَّشَاۤءُ الذُّكُوْرَ ۙ – ٤٩ اَوْ يُزَوِّجُهُمْ ذُكْرَانًا وَّاِنَاثًا ۚوَيَجْعَلُ مَنْ يَّشَاۤءُ عَقِيْمًا ۗاِنَّهٗ عَلِيْمٌ قَدِيْرٌ – ٥٠

Artinya: Milik Allah-lah kerajaan langit dan bumi, Dia menciptakan apa yang Dia kehendaki, memberikan anak perempuan kepada siapa yang Dia kehendaki dan memberikan anak laki-laki kepada siapa yang Dia kehendaki, atau Dia menganugerahkan jenis laki-laki dan perempuan, dan menjadikan mandul siapa yang Dia kehendaki. Dia Maha Mengetahui, Mahakuasa (QS asy-Syura: 49-50).

3. Ujian dan Cobaan

Kedudukan anak dalam pandangan Islam selanjutnya adalah sebagai cobaan dan sebagai ujian. Kedudukan seperti ini bisa saja terjadi karena orang tua kurang maksimal dalam mendidik dan mengarahkan anaknya dalam jalan kebaikan, sehingga akhlak buruk sang anak menjelma menjadi cobaan dan fitnah bagi orangtuanya.

Meski demikian perilaku buruk seorang anak tidak selalu bersumber dari kegagalan orang tua dalam mendidiknya, namun bisa juga memang anak tersebut ditakdirkan untuk menjadi cobaan di tengah rumah tangga ayah dan ibunya. Sehingga Allah Swt sengaja menakdirkan anak tersebut memiliki perilaku yang cukup buruk, agar orang tuanya bisa bersabar dan melakukan berbagai ikhtiar untuk mengembalikan anak tersebut pada akhlak yang baik.

 اِنَّمَآ اَمْوَالُكُمْ وَاَوْلَادُكُمْ فِتْنَةٌ ۗوَاللّٰهُ عِنْدَهٗٓ اَجْرٌ عَظِيْمٌ – ١٥

Artinya: Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu), dan di sisi Allah pahala yang besar (QS. At-Taghabun: 15).

4. Penerus Garis Keturunan

Sudah menjadi rahasia umum, jika manusia ingin memiliki anak guna menjaga garis keturunannya tetap eksis di bumi, maka dari itu anak juga dipandang sebagai penerus garis keturunan yang diharapkan akan menjadi pribadi yang lebih baik lagi dari orang tuanya.Untuk mewujudkan hal itu, seorang muslim pun harus mendidik anak yang diamanahkan dengan ajaran-ajaran agama agar ia tumbuh menjadi pribadi yang baik.

Dilansir dari laman Nu Online, agama Islam sangat menjaga hubungan pernasaban, hal ini bertujuan agar tidak ada pergaulan bebas yang menghasilkan anak yang memiliki nasab yang tidak jelas, sehingga mempersulit untuk diketahui dari garis keturunan mana seorang anak tersebut berasal.

5. Pelestari Pahala Orangtua

Kedudukan anak dalam pandangan Islam yang terakhir adalah sebagai pelestari pahala yang dilakukan oleh orang tuanya. Maksud dari hal ini adalah anak berperan untuk menjadi salah satu jembatan yang mengalirkan pahala jariyah saat orangtuanya sudah meninggal kelak. Adapun anak yang termasuk dalam kategori ini adalah anak shaleh yang gemar mendoakan orangtuanya dan mengamalkan ajaran dan ilmu kebaikan yang diajarkan orangtuanya. 

عن أبي هريرة رضي الله عنه: أن النبي صلى الله عليه وسلم قال: إذَا مَاتَ الإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إلاَّ مِنْ ثَلاَثَةِ: إِلاَّ مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ، أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ، أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ

Artinya: Dari Abu Hurairah ra. berkata: Rasulullah bersabda: “Apabila manusia itu meninggal dunia maka terputuslah segala amalnya kecuali tiga: yaitu sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat atau anak sholeh yang mendoakan kepadanya.” (HR Muslim).

Itu dia 5 kedudukan anak dalam pandangan Islam, mulai dari amanah, anugerah, cobaan, hingga salah satu titipan yang mampu mengalirkan amal jariyah bagi orang tuanya. Oleh sebab itu, penting bagi seorang muslim untuk mengupayakan cara pengasuhan terbaik untuk anak-anaknya, agar anak tersebut bisa menjelma sebagai pelestari pahala alih-alih sebagai cobaan.

Baca Juga : 7 Hal Ini Harus Diajarkan, Agar Anak Terhindar dari Penyimpangan Seksual!