Makna Tahun baru Bagi Seorang Muslim

Alfatihah.com – Makna tahun baru bagi seorang muslim harusnya berbeda dengan orang-orang biasa lainnya. Tahun baru harus menjadi momentum untuk berbenah dan menyusun rencana panjang untuk mencapai banyak hal. Baik tahun Hijriah maupun Masehi banyak muslim yang menyusun rencana dan harapan baru yang ditulis dalam sebuah vision board atau daftar hal-hal yang ingin dicapai. Tak jarang sistem khusus pun dibangun untuk menjalankan hari yang produktif dan menunjang tercapainya tujuan tersebut. Lantas, bagaimana sebenarnya makna tahun baru bagi seorang muslim? Simak penjelasan berikut ini!

Konsep Tahun Baru

Memahami makna tahun baru bagi seorang muslim harus dimulai dengan memahami konsep tahun baru. Tahun baru bagi seorang muslim sejatinya adalah hal yang biasa. Satu hal yang menjadikannya berbeda adalah bagaimana seseorang memaknai tahun baru dan merefleksi apa saja yang sudah dikerjakan selama ini. 

Dalam Islam, sejatinya setiap hari adalah kesempatan baru bagi diri sendiri untuk memperbaiki hal-hal yang kurang baik di masa lalu. Seorang dosen dari UMJ (Universitas Muhammadiyah Jakarta) Dr. Muhammad Choirin, Lc., MA pun pernah memberikan pernyataan yang menarik, yaitu “Bagi umat muslim, setiap malam adalah malam tahun baru. Ada ungkapan yang mengatakan bahwa yang sudah lewat itu berlalu, sementara yang akan datang itu sifatnya gaib. Allah meminta pada hamba-NYA untuk memaksimalkan waktu saat ini. Maka justru yang harus dimaksimalkan adalah waktu saat ini.

Pernyataan ini memang benar adanya bahwa makna tahun baru bagi seorang muslim tak hanya sekadar pergantian siklus matahari dan bulan, tetapi juga memaknai bahwa setip hari adalah waktu baru yang diberikan Allah pada hambaNYA. Kesyukuran dan kesungguhan harus tercermin dalam setiap hal yang dilakukannya setiap hari. Hal inilah yang akan menunjukkan makna tahun baru bagi seorang muslim yang sesungguhnya.

Sikap Muslim Menghadapi Pergantian Tahun

Sikap seorang dalam menunjukkan pemaknaan atas makna tahun baru bagi seorang muslim adalah dengan banyak merefleksikan diri tentang apa saja yang sudah dilakukan dan hal-hal apa saja yang belum maksimal dilakukan. Alih-alih mengikuti perayaan yang malah menjadi sumber maksiat, pemborosan, hingga zalim pada diri sendiri maupun sesama, lebih baik seorang muslim tidur lebih awal seperti biasanya dan bangun di sepertiga malam untuk berdoa dan bermunajat pada Allah. Hal tersebut jauh lebih baik bagi seorang muslim daripada menzalimi diri sendiri dengan tidur larut malam sehingga salat Subuhnya terlewat.

Hukum merayakan tahun baru sendiri pada dasarnya adalah haram, sebab tradisi ini mulanya adalah tradisi orang-orang diluar Islam. Syaikh Muhammad Shalih Al Munajjid dalam Fatawa Al Islam Sual wa Jawab no. 24094 menyatakan bahwa ikut serta dalam merayakan tahun baru adalah suatu kemungkaran yang tidak boleh dilakukan oleh seorang muslim. Seorang muslim hanya memiliki dua hari raya, yaitu Idulfitri dan Iduladha, oleh karena itu momentum tahun baru adalah titik untuk refleksi, bukan selebrasi.

Kesalahan-Kesalahan dalam Malam Tahun Baru

  1. Dari sejarah lahirnya perayaan tahun baru, yaitu orang kafir yang memulainya pada 1 Januari 45 SM (sebelum masehi).
  2. Merayakan tahun baru berarti mengikuti perayaan orang kafir atau tasyabbuh. Tasyabbuh ini dilarang dalam Islam.
  3. Merayakan tahun baru berarti membuat hari raya baru, padahal hari raya yang ada bagi umat Islam hanyalah Idulfitri dan Iduladha.
  4. Merayakan tahun baru sampai meninggalkan salat adalah kesalahan besar, termasuk merayakannya dengan bermaksiat, berzina, atau judi.
  5. Merayakan tahun baru dengan begadang tanpa ada keperluan adalah hal yang merugikan diri sendiri dan termasuk zalim pada diri sendiri. Padahal Rasulullah telah memberikan contoh bahwa beliau melarang begadang setelah isya tanpa ada hajat.
  6. Merayakan tahun baru termasuk tabdzir atau membuang-buang harta untuk tujuan yang salah.
  7. Merayakan tahun baru dengan meniup terompet dan lonceng bukanlah budaya Islam, sebab budaya itu adalah bentuk syiarnya orang Yahudi dan Nasrani.
  8. Mengucapkan selamat tahun baru atau happy new year merupakan ucapan selamat yang tidak dibolehkan, karena perayaannya saja tidak disyariatkan.

Itu dia ulasan mengenai makna tahun baru bagi seorang muslim. Sudah semestinya seorang muslim memahami syariat Islam dan menjalankan segala perintah Allah tanpa mengabaikan dan enggan memahami hal-hal apa saja yang bukan termasuk syariat Islam.

Semoga ulasan makna tahun baru bagi seorang muslim bisa menjadi sumber pemahaman baru untukmu yang masih bingung dan belum mengetahui tentang konsep perayaan tahun baru hingga hal-hal yang seharusnya tidak dilakukan di malam perayaan tahun baru. Semoga bermanfaat. Barakallahufikum.

Baca Juga: Begini Adab Bepergian Sesuai Petunjuk Nabi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Kamu harus baca
Chat WhatsApp
WhatsApp