Muhasabah Diri sebagai Bekal Menjalani Hari

Alfatihah.com – Tak ada bekal terbaik untuk menjalani hari selain muhasabah diri. Hal ini perlu dilakukan, karena menyadari bahwa banyak kejadian atau hal dalam hidup yang bisa terjadi diluar prediksi atau rencana pribadi. Hal itulah yang bisa membuat hatimu rapuh dan sakit, apabila tidak merefleksiakan kejadian-kejadian yang telah terjadi dalam hidup sejauh ini. Lalu, bagaimana muhasabah diri bisa menjadi bekal menjalani hari? Simak ulasan berikut ini!

Muhasabah Diri sebagai Bekal Menjalani Hari

Muhasabah diri bisa menjadi bukti bahwa kamu termasuk dalam hambaNya yang pandai mengoreksi diri dan mengambil nilai-nilai baik dalam setiap kejadian yang dihadapi. Menjalani hidup di era digital semacam ini memang mengharuskan kamu untuk terus mengevaluasi hal-hal yang sudah dilakukan setiap hari. 

Hal ini menjadi penting, karena banyaknya jalan berbuat dosa atau pemicu munculnya hasrat untuk berbuat buruk semakin membuatmu lalai dalam menghisab diri (mengevaluasi diri). Padahal Allah telah mengingatkan kamu untuk terus memperhatikan perbuatan yang kamu lakukan setiap hari. 

Dalam surat Al Hasyr ayat 18-20 dijelaskan tentang perintah Allah untuk hambaNya agar memperhatikan hal-hal yang dilakukan setiap hari. 

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ ۖ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ. وَلَا تَكُونُوا كَالَّذِينَ نَسُوا اللَّهَ فَأَنْسَاهُمْ أَنْفُسَهُمْ ۚ أُولَٰئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ. لَا يَسْتَوِي أَصْحَابُ النَّارِ وَأَصْحَابُ الْجَنَّةِ ۚ أَصْحَابُ الْجَنَّةِ هُمُ الْفَائِزُونَ

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat). Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada mereka sendiri. Mereka itulah orang-orang yang fasik. Tidaklah sama penghuni-penghuni neraka dengan penghuni-penghuni surga. Penghuni-penghuni surga, itulah orang-orang yang beruntung.” (Q.S. Al Hasyr: 18-20)

Dalil tersebut menjadi penjelasan yang terang menjabarkan tentang muhasabah diri sebagai pondasi untuk meraih keutamaan nikmat akhirat. Syekh Abdurrahman As Sa’di rahimahullah mengatakan bahwa ayat ini merupakan dalil agar seorang hamba melakukan introspeksi diri dan mengevaluasi jiwanya. Apabila diketahui dalam dirinya ada kesalahan, maka segera memperbaiki diri dengan meninggalkan kesalahan tersebut bisa berwujud dalam taubat yang sungguh-sungguh. Segala upaya untuk menjauhkan diri dari sumber kemaksiatan atau keburukan pun menjadi langkah lanjutan untuk menyelamatkan diri dari dosa lama yang menjerumuskan.

Bagi seorang mukmin atau mengaku beriman pada Allah seharusnya muhasabah diri dilakukan sebagai tameng untuk menghindarkan jiwa dan raga dari kubangan doa. Jika dalam urusan dunia saja seorang muslim rutin dan rajin mengevaluasi aktivitas yang sudah dilakukan untuk mendapatkan hasil terbaik, alangkah baiknya jika seorang muslim pandai menghisab dirinya dalam urusan akhirat.

Al Hasan Al Bashri rahimahullah pernah menuturkan tentang seseorang yang beriman adalah mereka yang pandai mengevaluasi jiwanya. “Orang yang beriman itu pemimpin bagi jiwanya. Dia mengevaluasi jiwa karena Allah Azza wa Jalla. Evaluasi (hisab) di hari kiamat akan lebih ringan bagi mereka yang mengevaluasi jiwa ketika di dunia. Sebaliknya, evaluasi di hari kiamat akan lebih berat bagi mereka yang memeluk agama ini dan tidak mengevaluasi jiwa ketika di dunia. Ketika suatu maksiat menggoda dan mengajak orang beiman, dia pun berkata pada jiwanya “Demi Allah, sungguh saya menginginkanmu dan membutuhkanmu. Akan tetapi, demi Allah, tidak ada hubungan denganmu yang bisa menghalangi diriku denganmu.” Kemudian ia kembali berkata kepada jiwanya, “Betapa jauh dari keberanan. Saya tidak ingin melakukannya. Apa urusanku dengan kemaksiatan tersebut? Demi Allah, saya tidak akan dimaafkan jika melakukannya. Demi Allah, saya tidak akan kembali melakukan kemaksiatan itu selamanya, insyaAllah. Apa urusanku dengan kemaksiatan tersebut? Sungguh, orang beriman adalah golongan yang dihentikan dan dihalangi oleh Alquran dari kemaksiatan yang membinasakannya. Sungguh, orang beriman adalah tawanan di dunia yang berusaha untuk melepaskan kekangannya dan merasa khawatir kalau dia menjumpai Allah Ta’ala dalam kondisi disiksa pendengaran, penglihatan, lisan, dan anggota tubuhnya. Semua itu disiksa akibat kemaksiatan yang dilakukannya.”” (Diriwayatkan Ibnu Al Mubarak dalam Az Zuhd wa Ar Raqaiq No. 307)

Penjelasan dari Al Hasan Al Bashri tentang muhasabah diri sebelum dihisab Allah tersebut menjadikan evaluasi diri adalah hal penting yang harus dilakukan oleh kaum muslimin. Bukan hanya menyadari bahwa diri sendiri adalah hambaNya yang penuh dosa, tetapi juga menjadi sumber kelapangan hati dari dosa akibat bermaksiat yang bisa menghambat diri menjalankan hari dengan maksimal.

Baca Juga: Alquran Sebagai Jati Diri Seorang Muslim

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Kamu harus baca
Chat WhatsApp
WhatsApp