Mengenal Asma binti Umais, Shahabiyah yang Dikenal Sebagai Ummu Muhammadain

Alfatihah.com – Membicarakan kisah hidup shahabiyah yang hidup pada masa Rasulullah SAW tak akan berhenti membuat kita merasa kagum. Terlebih lagi saat kita menyadari banyaknya teladan dan inspirasi yang ada pada kisah tersebut. Sebagaimana halnya dengan kisah Asma binti Umais, seorang wanita tabah dan shalihah yang hidup pada masa Rasulullah SAW

Nasab, Suami, dan Masuk Islamnya Asma binti Umais

Mengutip dari laman website Kisahmuslim.com, nama lengkap beliau adalah Asma binti Umais bin Ma’d. Nasab Asma binti Umais berujung pada Khats’am al-Khas’amiyah. Sedangkan nama ibunya adalah Hind, Khaulah binti Auf bin Zuhair bin Al-Harits.

Adapun dalam periode hidupnya, Asma’ binti Umais menikah dengan sejumlah sahabat yang terkenal dengan keberanian dan keshalihannya. Suami pertamanya adalah Ja’far bin Abu Thalib, sepupu Rasulullah SAW. Saat bersama Ja’far, Asma binti Umais melahirkan 3 putra yang diberi nama Abdullah, Aun, dan Muhammad.

Sepeninggal Ja’far yang syahid pada perang Mu’tah, Abu Bakar pun memingang Asma’ binti Umais. Dari pernikahannya dengan Abu Bakar, Asma binti Umais melahirkan seorang putra yang juga diberi nama Muhammad, oleh sebab itu Asma juga di kenal sebagai Ummu Muhammadain yang artinya ibu dari dua Muhammad.

Adapun setelah Abu Bakar wafat, Asma binti Umais dipinang oleh Ali bin Abi Thalib, adik kandung dari Ja’far sekaligus seorang sahabat yang dijamin masuk surga. Dari pernikahannya dengan Ali bin Abi Thalib, Asma, binti Umais melahirkan 2 orang putra yang diberi nama Yahya dan Aun. 

Mengutip dari laman Kisahmuslim.com, Asma binti Umais termasuk wanita-wanita yang pertama-tama masuk Islam. Beliau membaca 2 kalimat syahadat sebelum Rasulullah berdakwah di Darul Arqam, dan tidak ragu untuk membaiat Rasulullah SAW. Tak hanya itu, Asma bahkan melakukan hijrah sebanyak 2 kali yaitu ke Habbasyah dan ke Madinah

Kisah Asma binti Umais dan Dilarangnya Sikap Dusta Meski Kecil

Mengutip dari laman Kisahmuslim.com, Asma binti Umais berkata, “Aku adalah orang yang mendandani Aisyah dan menyerahkannya kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Saat itu Nabi ada beberapa perempuan yang hadir. Kami tidak melihat di sisi beliau ada jamuan. Kecuali hanya satu teko berisi susu. Beliau mengambilnya dan minum darinya. Kemudian beliau suguhkan kepada Aisyah. Tapi Aisyah malu-malu. Ku katakan, ‘Jangan kau tolak uluran tangan Rasulullah’. Aisyah pun mengambilnya dan meminumnya. Beliau berkata kepadaku, ‘Beri susu ini untuk teman-temanmu.”

Asma pun menjawab, “Kami tidak menginginkannya.” Nabi pun menanggapi, “Jangan kalian gabungkan dusta dan rasa lapar.”

Menyikapi hal tersebut, Asma kembali bertanya, “Jika seorang dari kami mengatakan sesuatu yang dia inginkan, tapi malah yang diucapkan tidak ingin, apakah itu termasuk dusta?”

Rasulullah SAW pun menjawab, “Sesungguhnya satu kedustaan tercatat sebagai dusta, hingga dusta ringan, juga akan tercatat dusta ringan.

Kecerdasan Asma binti Umais

Mengutip dari laman kisahmuslim.com, Fatimah mengeluhkan perlakukan yang didapatkan oleh jenazah wanita. “Aku merasa tidak nyaman dengan perlakuan pada jenazah wanita. Mereka harus dibalut dengan kain kafan yang pada akhirnya membentuk lekukan tubuhnya.” ucap Fatimah.Mendengar hal tersebut Asma pun mengusulkan sebuah solusi, “Wahai putri Rasulullah, maukah engkau kuberitahu apa yang ada di Habasyah?”

Beliau pun meminta diambilkan pelepah kurma yang masih basah, lalu ditempelkan padanya. Setelah itu, barulah pelepah kurma tersebut ditempeli dengan kain kafan. Menyaksikan hal tersebut Fatimah pun berkata, “Bagus sekali idemu. Saat aku meninggal nanti, engkau yang memandikan aku ya? dan jangan izinkan siapa pun masuk.”

Kedekatan Asma binti Umais dan Rasulullah SAW

Mengutip dari laman Kisahmuslim.com, saat Asma binti Umais dan suaminya Ja’far baru tiba dari Habasyah, Asma segera menemui istri-istri nabi lalu bertanya, “Apakah ada ayat Al-Quran yang diturunkan khusus untuk kita (Kaum wanita)?”

Istri-istri nabi pun menjawab, “Tidak.”

Mendengar hal tersebut, Asma binti Umais segera menemui Rasulullah SAW seraya berkata, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya kaum wanita sedang berada dalam keadaan rugi.”

Rasulullah SAW pun bertanya, “Mengapa bisa demikian?”

“Karena mereka tidak disebut dalam kebaikan sebagaimana banyaknya disebut kaum laki-laki.”

Tak lama setelah Asma binti Umais mengajukan pertanyaan tersebut, Allah SWT menurunkan Ayat yang menyebut kaum perempuan.

إِنَّ ٱلْمُسْلِمِينَ وَٱلْمُسْلِمَٰتِ وَٱلْمُؤْمِنِينَ وَٱلْمُؤْمِنَٰتِ وَٱلْقَٰنِتِينَ وَٱلْقَٰنِتَٰتِ وَٱلصَّٰدِقِينَ وَٱلصَّٰدِقَٰتِ وَٱلصَّٰبِرِينَ وَٱلصَّٰبِرَٰتِ وَٱلْخَٰشِعِينَ وَٱلْخَٰشِعَٰتِ وَٱلْمُتَصَدِّقِينَ وَٱلْمُتَصَدِّقَٰتِ وَٱلصَّٰٓئِمِينَ وَٱلصَّٰٓئِمَٰتِ وَٱلْحَٰفِظِينَ فُرُوجَهُمْ وَٱلْحَٰفِظَٰتِ وَٱلذَّٰكِرِينَ ٱللَّهَ كَثِيرًا وَٱلذَّٰكِرَٰتِ أَعَدَّ ٱللَّهُ لَهُم مَّغْفِرَةً وَأَجْرًا عَظِيمًا

Artinya:“Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan perempuan yang mukmin, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyu’, laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar.” [Quran Al-Ahzab: 35].

Itu dia kisah Asma binti Umais yang memiliki sejumlah pelajaran. Diantara pelajaran yang bisa kita ambil dari kisah Asma binti Umais adalah tidak boleh berbohong meski untuk perkara yang sangat sederhana sekalipun. Tak hanya itu, Asma binti Umais pun mengajarkan bahwa iri dalam hal kebaikan merupakan hal yang positif, sebagaimana ia tidak terima saat kaum lelaki disebut lebih banyak dalam Al-Quran.

Baca Juga : Inilah Kisah Abu Darda Si Murah Senyum

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Kamu harus baca
Chat WhatsApp
WhatsApp