Jangan Lupa Anak Juga Punya Hak untuk Bermain

Sebagai orang tua kita harus paham bahwa dunia anak dunia bermain. Sayangnya, kebanyakan orang tua justru, marah, cerewet, bahkan mengancam anak mereka agar anak tersebut berhenti bermain.

Orang tua yang berperilaku kurang tepat terhadap anak tersebut. Sebetulnya merupakan rantai dari orang tua mereka yang juga memperlakukan mereka dengan cara yang sama. Yaitu terlalu membatasi anak dalam bermain.

Mungkin kita tidak akan kaget lagi, jika menemui seorang anak yang menggerutu bahkan bersumpah akan mendidik anaknya dengan cara serupa karena tidak terima dengan perlakuan orang tuanya.

Ada juga yang bercita-cita jika sudah besar akan membeli banyak mainan dan hidup dengan sesuka hatinya. Sebab saat kecil, ia tidak mendapatkan kesenangan atau apa yang ia inginkan dari orang tuanya. Sehingga mindset anak akan rusak sejak kecil.

Orang tua yang mendidik anaknya demikian seolah lupa bahwa untuk mendidik seorang anak ia juga perlu menelusuri kehidupannya saat masih menjadi anak-anak yang hidup dalam dunia kanak-kanak. Sehingga mereka akan menyadari pentingnya sebuah permainan bagi seorang anak.

Jika ayah-bunda yang membaca artikel ini tidak percaya. Coba lah sesekali menelusuri hidup para penemu terkenal, pembuat produk terkenal hingga pemimpin terkenal di dunia. Inspirasi dan pengalaman hidup yang mereka miliki justru lahir dari kehidupan masih kecil mereka.

Belajar Sambil Bermain

Mendidik anak untuk memiliki pengetahuan yang baik, sikap yang baik hingga keterampilan yang baik. Mula-mulanya tidak didapatkan oleh anak dari guru ataupun teman. Melainkan orang tua yang memiliki hubungan paling dekat dengannya.

Sehingga untuk mengajarkan anak-anak hal baik sejak dini harus lah dimulai dengan mengenali dunia anak itu sendiri, yaitu bermain. Sebab seperti yang diterangkan diatas. Dunia anak adalah dunia bermain. Maka orang tua yang bijak dapat mengembangkan permainan anak sebagai sarana belajar.

Sayangnya, tidak banyak orang tua yang menjadikan permainan anak sebagai media pembelajaran. Mereka bahkan memberikan kebebasan bermain kepada anak tanpa pengawasan.

Tak jarang, anak meniru perbuatan buruk dari teman atau orang lain saat bermain. Yang paling menyedihkan, mereka menganggap perbuatan buruk yang dilakukan oleh anak adalah hal yang wajar. Namanya juga anak-anak ungkap mereka.

Cita-cita untuk menjadi polisi, dokter, tentara, arsitek bahkan petani biasanya selalu dimulai dari permainan yang disukai anak sejak kecil. Dapat dibayangkan jika anak diberikan permainan yang dapat memberikan contoh yang buruk. Tentunya ini akan mempengaruhi keputusan bahkan profesi yang diambil anak di masa depan.

Maka sebagai orang tua kita perlu mencari tahu mana saja permainan yang dapat menjadi sarana pembelajaran dalam tumbuh kembang anak. Perlu dilakukan penyaringan sebab pada saat ini marak sekali permainan yang dapat merusak tumbuh kembang anak. Baik itu permainan fisik maupun permainan yang bisa dimainkan di gawai.

Setiap Anak Punya Hak untuk Bermain

Hak Anak Atas bermain ini sebetulnya punya regulasi hukum yang jelas loh ayah-bunda. Yaitu dalam komite hak anak PBB melalui komentar umum nomor 17/2013 yang menyebutkan bahwa “permainan sangat penting bagi kesehatan dan kesejahteraan anak dan memajukan pengembangan kreativitas, imajinasi, kepercayaan diri, kemandirian diri, serta kemampuan fisik, kognitif, sosial dan emosional”.

Sehingga jelas ya, bahwa bermain bukan hanya sekedar hiburan tapi menjadi sebuah kebutuhan yang harus didapatkan oleh seorang anak. Tak hany itu, permainan juga sangat berkontribusi sebagai media pembelajaran, sebagai bentuk partisipasi dalam kehidupan sehari-hari.

Luangkanlah waktu dan kesempatan bersama buah hati, terkhusus bagi mereka yang berusia dibawah 8 tahun yang betul-betul membutuhkan permainan sebagai alat tumbuh kembangnya. Pada saat itulah kreativitas, imajinasi, kepercayaan diri dan sebagainya mengalami perkembangan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Kamu harus baca
Chat WhatsApp
WhatsApp