Alfatihah.com – Sebagai makhluk sosial sudah sewajarnya kita membantu sesama sesuai dengan kemampuan kita. Tapi, apakah ada keistimewaan membantu orang lain? Tentunya bukan untuk sekedar mendapat pujian, dengan membantu sesama yang membutuhkan pasti ada nilai keistimewaannya. Yuk, simak penjelasan tentang keistimewaan membantu orang lain di bawah ini!
Manusia memang ditakdirkan untuk saling membutuhkan satu sama lain, hidup saling berdampingan dan saling tolong menolong dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini banyak dijelaskan dalam Al-quran dan juga hadits, sebagaimana Rasulullah saw, bersabda:
عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ نَـفَّسَ عَنْ مُؤْمِنٍ كُـرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُّنْيَا ، نَـفَّسَ اللهُ عَنْهُ كُـرْبَةً مِنْ كُـرَبِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ، وَمَنْ يَسَّرَ عَلَـى مُـعْسِرٍ ، يَسَّـرَ اللهُ عَلَيْهِ فِـي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ ، وَمَنْ سَتَـرَ مُسْلِمًـا ، سَتَـرَهُ اللهُ فِـي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ ، وَاللهُ فِـي عَوْنِ الْعَبْدِ مَا كَانَ الْعَبْدُ فِي عَوْنِ أَخِيهِ
Artinya: “Dari Abu Hurairah ra, Nabi Muhammad saw bersabda, “Siapa yang melapangkan satu kesusahan dunia dari seorang Mukmin, maka Allah melapangkan darinya satu kesusahan di hari Kiamat. Siapa memudahkan (urusan) orang yang kesulitan, maka Allah memudahkan baginya (dari kesulitan) di dunia dan akhirat. Siapa menutupi (aib) seorang Muslim, maka Allâh akan menutup (aib)nya di dunia dan akhirat. Allah senantiasa menolong seorang hamba selama hamba tersebut menolong saudaranya” (HR Muslim).
Dari hadits tersebut dijelaskan bagaimana keistimewaan membantu orang lain, yakni Allah akan memberikan balasan setimpal untuk semua kebaikan yang kita lakukan kepada orang lain. Allah juga berjanji akan memudahkan serta menolong orang yang mau menolong hambanya.
Orang yang suka mengulurkan tangan untuk membantu orang lain, meringankan beban orang lain, akan mendapat kedudukan yang istimewa di sisi Allah. Sebagaimana dijelaskan dalam hadits tentang apa yang paling Allah cintai, Rasulullah bersabda:
أحبُّ الناسِ إلى اللهِ تعالى أنفعُهم للناسِ وأحبُّ الأعمالِ إلى اللهِ عزَّ وجلَّ سرورٌ يُدخلُه على مسلمٍ أو يكشفُ عنه كُربةً أو يقضي عنه دَينًا أو يطردُ عنه جوعًا ولأن أمشيَ مع أخٍ في حاجةٍ أحبُّ إليَّ من أن أعتكفَ في هذا المسجدِ (يعني مسجدَ المدينةِ) شهرًا
Artinya: “Orang yang paling dicintai Allah adalah yang paling bermanfaat untuk orang lain. Dan perbuatan yang paling dicintai Allah adalah memberi kegembiraan seorang mukmin, menghilangkan salah satu kesusahannya, membayarkan hutangnya, atau menghilangkan rasa laparnya. Dan aku berjalan bersama saudaraku untuk memenuhi kebutuhannya itu lebih aku cintai daripada beri’tikaf di masjid Nabawi selama sebulan” (HR ath-Thabrani).
Begitu besarnya keistimewaan membantu orang lain, bahkan rasulullah memandangnya lebih baik daripada orang yang beri’tikaf di masjid selama satu bulan. Membantu orang lain pun maknanya sangat luas, tidak harus membantu menyelesaikan masalah yang besar atau mengorbankan kepentingan kita sendiri demi orang lain. Membantu sesama cukup sederhana, bisa dengan membeli dagangan bapak ibu yang sudah tua di pinggir jalan, memberi makan anak jalanan, menghibur hati teman atau keluarga yang ditimpa musibah.
Baca Juga: Inilah 5 Adab dalam Memberi Nasihat, Salah Satunya Tidak Dilakukan di Depan Umum