Hal yang terjadi dalam hidup bisa menambah pahala, sayangnya kadang kita sulit untuk menerimanya. Sebagai manusia, kita semua pasti pernah mengeluh. Mengeluh tentang kondisi hidup, mengeluh tentang hal yang terjadi tidak sesuai rencana, bahkan mengeluh tentang mengapa diri sendiri lahir seperti ini dan bukan seperti itu.
Islam hadir dengan banyak penjelasan yang menjawab berbagai permasalahan kaum muslimin yang terjadi dari masa ke masa, termasuk tentang pertanyaan yang mempertanyakan takdir yang dimilikinya. Lalu, bagaimana pandangan Islam tentang pertanyaan, apakah hal yang terjadi dalam hidup bisa menambah pahala? Ini dia jawabannya!
Hal yang terjadi dalam hidup bisa menambah pahala dan hal ini merupakan sebuah kebenaran. Semua hal yang terjadi dalam hidup kaum muslimin sudah diatur Allah dengan sangat rapi dan baik. Dialah perencana terbaik untuk hidup kita yang seringkali salah arah.
Sebuah hadis pun menjelaskan tentang kondisi keridaan kaum muslimin pada takdirnya dan hal itu ternyata baik untuknya. Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda “Aku begitu takjub pada seorang mukmin. Sesungguhnya Allah tidaklah menakdirkan sesuatu untuk seorang mukmin melainkan pasti itulah yang terbaik untuknya.” (H.R. Ahmad, 3: 117. Syaikh Syuaib Al Arnauth mengatakan bahwa hadis ini sahih) Hadis tersebut menjadi dalil pembuka yang menunjukkan bahwa segala hal yang terjadi dalam hidup kita sudah diatur dengan sangat baik dan terukur menurut Allah. Jadi, tidak ada hal lain yang bisa dilakukan selain menjalaninya dengan sebaik-baiknya, sebab semua takdir itu baik.
Dalam hadis lain dijelaskan bahwa “Dan engkau beriman kepada takdir yang baik maupun yang buruk.” (H.R. Muslim, No. 8) Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah berkata, “Takdir itu tidak ada yang buruk. Yang buruk hanya pada yang ditakdirkan (al maqdur, artinya manusia atau makhluk yang merasakan jelek). Takdir jika dilihat dari perbuatan Allah, semua takdir itu baik. Sebagaimana disebutkan dalam hadis, “Kejelekan tidak disandarkan kepada-Mu.” Jadi, takdir Allah itu selamanya tidak ada yang jelek. Karena ketetapan takdir itu ada karena rahmat dan hikmah. Kejelekan murni itu hanya muncul dari pelaku kejelekan. Sedangkan Allah itu hanya berbuat baik saja selama-lamanya.” (Syarh Al Arba’in An Nawawiyyah. hlm. 88)
Sebagai seorang muslim, sikap dalam menjalani hidup harus lebih mantap dan yakin dengan apa yang sudah menjadi ketetapan hidupnya. Bahwa, hal yang terjadi dalam hidup bisa menambah pahala dan hal ini merupakan sebuah kebenaran. Hal itu sudah dijelaskan dalam Alquran surat Al Baqarah ayat 216 bahwa “Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padaha ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.”
Ayat tersebut menjelaskan dengan sangat jelas bahwa segala hal yang terjadi dalam hidup harus diyakini dengan sepenuhnya bahwa ia adalah hal yang terbaik yang diberikan Allah pada diri. Hal-hal yang tidak kita sukai dan tidak bisa diubah pun harus perlahan diterima sebagai bentuk rido pada ketetapan Allah. Hal baik pun harus diterima dengan lapang dada dan syukur yang baik sebagai bentuk rido padaNYA. Begitulah seharusnya seorang muslim menjalani hidupnya.
Memang benar jika seorang muslim ikhlas dalam menjalani takdir yang terjadi padanya dan menerima semua ketentuan dari Allah, maka semua hal yang terjadi dalam hidup bisa menambah pahala. Hal yang sudah dijelaskan dalam satu hadis di atas tentang kebaikan pada kondisi baik dan buruk yang terjadi pada kaum muslimin. Oleh karena itulah, menjadi seorang muslim sejatinya menjadi sebuah anugerah, sebab segala hal yang terjadi dalam hidup bisa menjadi sumber pahala, bahkan jika seseorang terkena duri sekalipun maka Allah akan mengampuni dosa atas tusukan duri tersebut. Wallahu’alam