Akulturasi Budaya Islam dengan Jawa, Ini Sejarahnya!

ALFATIHAH.COM –  pembahasan mengenai akulturasi budaya Islam dengan Jawa menuai polemik dalam beberapa waktu. Banyak orang yang berpendapat hal seperti itu tidak boleh dilakukan karena mengurangi nilai-nilai Islam dan hal seperti itu tidak ada dizaman nabi. Kenyataannya kita harus mengetahui bagaimana akulturasi itu dapat dilakukan.

Akulturasi Budaya

Akulturasi budaya merupakan perubahan pada budaya karena adanya suatu kontak masyarakat satu dengan masyarakat lainnya. Budaya dapat diakulturasi tanpa harus menghilangkan keaslian dari budaya yang dimiliki. Misalnya saja budaya menara pada masjid. Awalnya menara itu budaya dari bangsa Persia. Ketika salah satu sahabat nabi membawa budaya tersebut dalam pembentukan masjid, nabi menyetujuinya, meski menara itu diambil dari bangsa Persia, pemanfaatan toa pada masjid justru sangat menguntungkan dan memasukkan nilai-nilai islami didalamnya. Seperti halnya mengumandangkan adzan, dengan adanya toa suara adzan dapat terdengar jelas di seluruh penjuru.

Proses akulturasi juga harus memiliki syarat agar dapat dilakukan, diantaranya : 

  1. Adanya kelompok manusia yang memiliki berbagai macam budaya yang berbeda;
  2. Berkomunikasi dengan waktu yang cukup lama;
  3. Masuknya budaya lain menjadikan budaya yang asli.

Sejarah Akukturasi Islam dan Jawa

Pada awalnya masyarakat Indonesia mayoritas masih melakukan adat istiadat berupa ritual-ritual yang masih terdapat unsur-unsur dinamisme, animisme, budhanisme, hindunisme, dan lain-lain. Hal ini yang menjadikan para penda’i yang menyiarkan ajaran agama Islam kesulitan.

Para penda’i tidak menyerah begitu saja, mereka mengupayakan ajaran agama Islam diterima oleh masyarakat Indonesia. Mengenai hal ini kita mengambil contoh sesuai judul pembahasan di atas yaitu akulturasi budaya Islam dengan Jawa.

Mereka yang berdakwah menggunakan budaya Jawa yang dibarengi dengan syiar ajaran agama Islam. Contohnya adalah Sunan Kalijaga, beliau menggunakan wayang sebagai saran berdakwah. Kala itu pertunjukkan wayang tidak bisa dinikmati banyak kalangan, sehingga hal tersebut Sunan Kalijaga berinisiatif mempertunjukkan wayang yang bisa dinikmati seluruh kalangan dan didalamnya terkaji unsur-unsur Islami. Hal inilah yang membuat masyarakat tertarik terhadap agama Islam. Selain pertunjukkan wayang, banyak upaya akulturasi yang dilakukan oleh para penda’i.

Oleh karenanya, kita harus mengetahui bahwa akulturasi budaya bukanlah sesuatu yang sangat dilarang. Kita boleh mengupayakan suatu akulturasi dalam kegiatan berdakwah tetapi jangan sampai nilai-nilai Islami hilang didalamnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Kamu harus baca
Chat WhatsApp
WhatsApp