Agar Ramadhan Tidak Terputus, Setelah Lebaran

Ramadhan
Sumber Gambar : https://commons.wikimedia.org/wiki/File:Pesantren_Ramadhan_SMA_1_Padang.jpg

alfatihah.com – Berakhirnya bulan Ramadhan dan berganti hari kemenangan selalu menginspirasi tiap insan untuk membentuk kebiasaan yang baik. Seperti rutin mengaji, mengutamakan sholat di awal waktu, hingga melaksanakan ibadah sunnah lainnya. Namun, sering kali keinginan baik tersebut terhalangi oleh fakta bahwa, ‘menjalankan perbuatan ahsan (lebih baik) menjadi suatu kebiasaan yang dapat dilakukan secara konsisten tidaklah mudah.’ Hal ini didukung oleh pernyataan dari majalah Forbes yang menyatakan bahwa 80% orang menyerah dalam menjalankan resolusinya.

Untuk itu mari sama-sama kita renungkan, sederet pertanyaan yang hanya dapat kita jawab sendiri, begitu juga dengan pernyataan yang hanya dapat kita akui sendiri benar atau tidaknya. Apa makna Ramadhan dan merayakan Idul Fitri yang sebenarnya? Jangan sampai riuh meriahnya malam takbiran menjadi tanda, kita kembali bebas untuk memenuhi nafsu lahiriah maupun batiniah. Makna selamat hari raya menjadi bukti, tidak menyesalnya kita meninggalkan shalat malam, dan lebih memilih melanjutkan tidur malam yang panjang. Mengucapkan lebaran menjadi penanda selamat tinggal pada ibadah sunnah yang dijalankan. Lalu melupakan mushaf yang telah diniatkan menjadi sahabat kita. Dan mungkin inilah beberapa penyebab Ramadhan dari tahun ke tahun kita tidak ada perubahannya.

Ramadhan kini telah berakhir, tidak ada lagi jamaah tarawih yang ramai selepas Isya, tidak ada lagi riuh membangunkan sahur di sepertiga malam, tidak ada lagi waktu penuh berkah menjelang berbuka, pahala yang dilipatgandakan, dan luasnya pintu ampunan khusus di bulan Ramadhan. Namun Dzat yang kita sembah tetap sama, Allah Rabb Semesta Alam. Maka, selepas Ramadhan sudah sepatutnya kita lanjutkan kembali ibadah, pertahankan hidayah, lidah yang basah dengan zikir, malam yang dihidupkan dengan lirih do’a, hati yang sudah terbiasa berlama-lama dengan Al-Qur;an, tangan yang ringan berderma, hingga lambung yang telah terbiasa berpuasa.

Pendidikan dari Allah sejatinya bukan hanya diberikan dan dapat kita rasakan saat Ramadhan saja, melainkan pada setiap hari yang kita jalani. Hanya saja, di bulan-bulan yang lain terlalu banyak distraksi dan mungkin kita tidak punya cukup “amunisi” untuk menghalau hawa nafsu yang begitu besar, sehingga fokus ibadah dan kepekaan hati menurun perlahan. Semoga kita bisa diberikan kemampuan untuk mampu menghadirkan Allah dalam setiap hela nafas yang masih berlangsung.  Berupaya menjadi hamba-Nya yang bertakwa dalam keadaan dan kondisi apapun.

Wallahu’alam bishawab.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Kamu harus baca
Chat WhatsApp
WhatsApp