Umar bin Khatab dan keteladanan toleransi yang dicontohkan khalifah tersebut ternyata menjadikan masa kepemimpinannya begitu dikenang. Sebagai salah satu khalifah yang memegang kepemimpinan umat Islam setelah nabi Muhammad tersebut telah memerintah dari tahun 634 hingga 644 M. Masa kepemimpinan Umar bin Khatab selama 10 tahun 6 bulan Islam berkembang cukup pesat dan beliau juga menjalankan sikap tolerannya saat berada di Palestina. Pesan tersebut sesuai dengan wasiat Abu Bakar yang diusahakan untuk diterapkan semasa masa kepemimpinannya. Bagaimana kisah Umar bin Khatab dan keteladanan toleransi di Palestina? Ini dia kisahnya!
Umar bin Khatab dan keteladanan toleransi di gereja dimulai saat dia memasuki kota Al Quds, Palestina. Waktu Asar telah tiba saat khalifah Umar sampai di salah satu gereja di Palestina. Ibnu Khaldun dalam kitab Tarikh Ibnu Khaldun jilid II halaman 225 bercerita, saat itu Umar berkata pada Uskup gereja bahwa ia hendak menunaikan salat Asar. “Aku ingin salat” kata Umar bin Khatab. Uskup menjawab “Salatlah di tempatku (dalam gereja).” Umar menolak usulan untuk salat dalam gereja. Ia lebih memilih salat di anak tangga depan pintu gereja. Setelah selesai salat, Umar menjelaskan mengapa dia menolak salat dalam gereja. “Seandainya aku salat di dalam gereja, nanti kaum muslimin akan mengambil gereja ini dan mengalihfungsikan menjadi masjid dengan alasan “Di sini, Umar salat””
Dalam sumber lainnya, kisah Umar bin Khatab salat di tangga gereja dituturkan oleh Maher Y Abu Munshar dalam bukunya Islamic Jerussalem and Its Christian (2007). Dilansir dari republika.com, khalifah Umar pada saat itu sedang bertemu Patriarch Sophronious di gereja Qiyamah. Disitulah perjajian Al Uhda Al Umariyyah disepakati. Meski sedang berada di dalam gereja, khalifah Umar tetap menjaga konsistensinya untuk menghormati pemuka agama Kristen Ortodoks.
Setelah perjanjian selesai disepakati, waktu salat pun datang. Khalifah Umar yang lantas bertanya pada Patriarch Sophronious dimana ia bisa salat. Kemudian Patriarch menyilahkan Umar untuk salat di dalam gereja. Umar pun menolak dan memilih salat di pinggir tangga gereja atau bagian luar gereja. Sebagai bentuk penghormatan, di titik anak tangga tempat khalifah umar menunaikan salat dibangun sebuah masjid kecil. Toleransi inilah yang dicontohkan khalifah Umar. Umar bin Khatab dan keteladanan toleransi berikutnya adalah larangan khalifah Umar agar azan tidak dikumandangkan di dalam masjid kecil tersebut karena dikhawatirkan akan mengganggu aktivitas umat kristen Ortodoks di gereja Qiyamah. Di sisi lain, alasan mengapa khalifah Umar tidak mau salat di dalam gereja adalah ditakutkan bahwa salatnya di dalam gereja adalah sebuah simbol bahwa gereja Qiyamah boleh ditaklukkan sehingga diubah menjadi masjid.
Kisah tersebut adalah salah satu kisah toleransi yang khalifah Umar bin Khatab contohkan di tanah Palestina. Masih banyak kisah toleransi dan kisah inspiratif lainnya yang dilakukan khalifah Umar bin Khatab di tanah Palestina. Semoga yang satu ini menjadi salah satu kisah yang menginspirasi.