Strategi Dakwah Sunan Kalijaga dalam Menyebarkan Islam di Jawa

Alfatihah.com – Sunan Kalijaga merupakan salah satu tokoh penting dalam sejarah penyebaran islam di Pulau Jawa. Ia adalah bagian dari Wali Songo, sembilan wali yang dikenal sebagai pelopor dakwah islam di Tanah Jawa. Yang membedakan dari wali lainnya adalah pendekatan dakwahnya yang unik dan sangat kental dengan nilai-nilai budaya lokal.

Dalam menyebarkan islam, Sunan Kalijaga tidak menggunakan pendekatan yang keras atau konfrontatif. Sebaliknya, ia memilih jalur damai dengan cara meleburkan ajaran islam ke dalam budaya Jawa. Strategi dakwah yang ia gunakan sangat efektif dan masih terasa dampaknya hingga sekarang. Lalu, apa saja strategi dakwah Sunan Kalijaga yang berhasil menarik hati masyarakat Jawa?

Strategi Dakwah Sunan Kalijaga

Terdapat beberapa strategi dakwah yang dijalankan oleh Sunan Kalijaga untuk menyebarkan agama islam di pulau Jawa, khususnya Jawa Tengah. Berikut beberapa strategi dakwah yang digunakan, diantaranya : 

  1. Wayang Kulit sebagai Media Cerita Dakwah

Sunan Kalijaga memanfaatkan wayang kulit, kesenian populer di kalangan masyarakat Jawa, sebagai sarana untuk menyampaikan pesan-pesan moral dan nilai-nilai islam. Ia tidak menghapus cerita-cerita seperti Mahabharata dan Ramayana, tapi memberikan penafsiran baru dengan unsur keislaman. Bahkan, ketika diminta melakukan pementasan wayang oleh masyarakat, Ia tidak meminta bayaran akan tetapi menggantinya dengan membacakan dua kalimat syahadat. 

  1. Tembang Lir Ilir

Tembang Lir Ilir adalah salah satu karya Sunan Kalijaga yang sarat makna spiritual. Meski terdengar seperti lagu anak-anak atau tembang rakyat biasa, syairnya menyimpan filosofi islam yang mendalam. Tembang ini digunakan untuk membangkitkan kesadaran iman masyarakat Jawa secara halus, tanpa kesan menggurui.

  1. Gamelan sebagai Alat Penyebaran Islam

Sunan Kalijaga juga menggunakan gamelan, alat musik tradisional Jawa, untuk menarik minat masyarakat menghadiri pengajian atau pertunjukan dakwah. Pertunjukan gamelan disisipkan nasihat, doa, dan dzikir. Begitu pula dengan musik dari gamelan yang membuat suasana dakwah menjadi lebih tenang dan akrab.

  1. Membangun Masjid dengan Arsitektur dan Seni Ukir Islami-Jawa

Dalam pembangunan tempat ibadah, seperti tempat ibadah yang pertama kali dibangun oleh Sunan Kalijaga yaitu Masjid Agung Demak, Ia menerapkan pendekatan budaya lokal yaitu masjid dibangun tanpa kubah, melainkan dengan atap joglo (arsitektur khas Jawa).

  1. Mengislamkan Tradisi Lokal

Sunan Kalijaga tidak serta-merta melarang upacara adat. Ia memilih untuk mengubah makna dan niat di balik ritual. Contohnya seperti mengubah ‘sesajen’ yang biasanya dijadikan sebagai pemujaan terhadap roh gaib atau roh leluhur digantikan dengan ‘slametan’ yang tujuannya diubah, tidak lagi untuk pemujaan roh gaib atau roh leluhur tapi diniatkan untuk sedekah makanan kepada yang membutuhkan. Strategi ini sangat efektif karena masyarakat merasa tradisi mereka tetap dihargai, namun dibersihkan dari unsur yang bertentangan dengan islam.

Itu dia beberapa strategi dakwah yang digunakan oleh Sunan Kalijaga dalam upaya penyebaran agama islam di pulau Jawa, khusunya Jawa Tengah. Berbeda dengan wali lainnya, Ia memilih untuk melakukan pendekatan melalui budaya atau tradisi yang ada di Jawa sebagai strategi dakwah penyebaran agama islam ke masyarakat Jawa. 

Baca Juga : Gibah Seperti Memakan Daging Saudara Sendiri? Ini Makna Surah Al-Hujurat Ayat 12

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You might also like
Chat WhatsApp
Hubungi Kami