Alfatihah.com – Banyak penyair Palestina yang bisa dipelajari rekam jejaknya, karena turut memperjuangkan kemerdekaan Palestina dengan tulisan-tulisan mereka. Penulis-penulis itu menyuarakan kondisi Palestina yang sering diabaikan oleh negara-negara di dunia ini, salah satunya adalah Ghassan Kanafani.
Siapakah Ghassan Kanafani dan bagaimana perannya dalam menyuarakan kemerdekaan bagi Palestina dengan tulisan-tulisannya? Simak kisahnya berikut ini!
Ghassan Kanafani memiliki nama lengkap Ghassan Fayiz Kanafani. Ia lahir di Acre, Palestina pada tahun 1936. Saat terjadi Nakba 1948 ia masih berusia 12 tahun dan tragedi besar itu tidak akan ia lupakan hingga dewasa.
Penulis artikel, novel, dan cerpen ini telah menjadi simbol perlawanan rakyat Palestina, sebab tulisan-tulisannya yang banyak menceritakan tentang perjuangan rakyat Palestina. Ghassan menjadi juru bicara dan anggota Politbiro dari kelompok perlawanan bernama Front Rakyat untuk Pembebasan Palestina (PFLP).
Artikel-artikelnya yang tajam biasa menjadi simbol semangat perjuangan warga Palestina untuk meraih kemerdekaan. Banyak artikelnya yang membahas tentang kepentingan imperialisme di balik agresi Israel terhadap Palestina. Ia memimpin sejumlah media kiri yang menjadi terompet perlawanan, seperti Al Rai’i (opini), Al Muharrir (pembebas), dan Al Hadaf (sasaran).
Jalan panjangnya sebelum sampai permukaan dan menjadi penulis yang dikenal konsisten menuliskan perlawanan warga Palestina atas penindasan yang mereka terima telah dilalui sejak tahun 1940-an. Pada masa itu ia memutuskan untuk bergabung dengan Gerakan Nasionalis Arab (ANM) yang merupakan sebuah organisasi yang diidrikan oleh George Habash. Organisasi tersebut memiliki pandangan politik nasionalis kiri yang menentang ide imperialisme.
Tahun 1967 Ghassan mengawali tumbuhnya generasi baru Palestina paska kekalahan. Periode tersebut dipenuhi dengan gelombang perlawanan yang dilakukan oleh anak-anak muda. Sejak bergabung dengan PFLP, ia memiliki peran sebagai penulis dan aktivis politik yang makin cakap.
Sepanjang sejarah kesusatraan Palestina, Ghassan Kanafanilah yang telah menjadi pelopor istilah Muqawamah atau perlawanan. Gaya tulisannya yang naratif tentang Palestina menjadikan ciri itu melekat padanya dan menjadi rumah bagi sejarah bangsanya. Perjuangan dan mimpi untuk merdeka pun disuntikkan Ghassan pada setiap aksi dan tulisan yang dibuatnya.
Banyak antologi yang telah ia tulis dan menjadi peninggalan yang layak dibaca hingga saat ini untuk melihat kondisi Palestina melalui kacamatanya pada masa itu. Perjuangan Ghassan Kanafani ia tunjukkan dalam tulisan-tulisannya yang membawa nilai-nilai anti imperialisme sebagai nyawa.
Perjuangannya melawan imperialisme pernah ia tuliskan dengan jelas dalam tulisannya sebagai “Imperialisme telah meletakkan tubuhnya di seluruh dunia, kepalanya di Asia Timur, jantungnya di Timur Tengah, nadinya mencapai Afrika dan Amerika Latin. Di mana pun Anda memukulnya, Anda merusaknya, dan Anda melayani Revousi Dunia.” Di akhir hidupya ia tetap menjadi objek penulisan seorang sastrawan besar yang juga berdarah Palestina, yaitu Mahmoud Darwish.
Meski raga Ghassan Kanafani telah tiada, karena bom yang ditanam Mossad pada mobil yang akan dikendarai Ghassan untuk mengantar ponakannya. Meninggal di usia 36 tahun membuatnya menjadi simbol perjuangan memerdekakan Palestina yang dulu dengan lantang ia suarakan dan tuliskan.
Mahmoud Darwish pernah menulis tentang kematian Ghassan Kanafani
“Mereka melesakkanmu, seperti yang mereka lakukan di depan kita, pangkalan, gunung, dan ibu kota… peradaban ialah luka. Dan mengapa kamu? Karena tanah air di dalam dirimu itu nyata dan gamblang adanya.”
Itu dia kisah perjalanan hidup Ghassan Kanafani yang harus kamu pahami sebagai generasi muslim. Banyak syairnya yang memberi pencerahan buat agama loh!
Baca Juga: Pengaruh Tulisannya pada Perjuangan Kemerdekaan Palestina