ALFATIHAH.COM – Jika selama ini kita hanya mengenal sosok RA Kartini sebagai pelopor pendidikan perempuan pertama di Indonesia, ternyata ada sosok muslimah yang juga luar biasa kontribusinya dalam dunia pendidikan, ialah Syaikhah Rahmah el-Yunusiyyah, sosok ulama perempuan asal Minangkabau.
Saat ini kaum perempuan seolah krisis sosok teladan yang patut dijadikan panutan. Mereka menjadikan sosok yang mereka lihat lewat sosial media sebagai role model dalam segala aspek.
Jika yang dilihat sosok yang menebar hal-hal positif, bisa saja kita terapkan dan kita jadikan teladan. Tapi, mayoritas kaum perempuan sekarang tidak memfiltrasi apa yang dia lihat dari sosok panutannya di sosial media. Maka perlu kiranya kita angkat kembali sosok yang pantas dijadikan teladan bagi kaum perempuan.
Seperti yang sudah disinggung sebelumnya, dalam artikel ini akan membahas tentang siapa sosok pelopor pendidikan yang patut dijadikan teladan, selain RA Kartini. Ialah Syaikhah Rahmah el-Yunusiyyah, sosok perempuan yang gigih, penuh prinsip, dan berkarakter. Seperti apa sosoknya? simak informasi berikut ini.
Syaikhah Rahmah el-Yununusiyyah atau kerap disapa ‘tek Amah’ Lahir di Kenegerian Bukit Tinggi, Padang Panjang, Sumatara Barat, pada tanggal 20 Desember 1900 M. Ayahnya bernama Muhammad Yunus yang dikenal sebagai qadhi/hakim di daerah pandai sikat, ibunya bernama Rafiáh, yang merupakan keturunan keempat dari Mamak Haji Miskin, seorang tokoh pembaharu gerakan Paderi.
Sejak kecil Syaikhah Rahmah el-Yunusiyyah terkenal dengan kegigihannya dalam menuntut ilmu dan punya cita-cita yang tinggi terkaita pembaharuan pendidikan bagi kaum sesamanya. Walaupun pendidikan formalnya tidak tinggi, Syaikhah Rahmah el-Yunussiyah banyak mendapat pendidikan dari sang kakak, Zainuddin Labay el-Yunusiy dan Muhamad Rasyad.
Selain itu Syaikhah Rahmah el-Yunussiyyah juga belajar dan bersekolah di Diniyyah School -sebuah perguruan Islam berbasis modern- yang didirikan oleh kakaknya sendiri yaitu, Zainuddin Labay tada tahun 1915.
Syaikhah rahmah sangat terkenal dengan kecerdasan dan kegigihannya dalam belajar. Kemampuannya dalam bidang bahasa seperti bahasa Arab, Inggris dan Belanda, menjadikannya lebih mudah dalam mengakses berbagai literatur keilmuan lainnya.
Belum sampai satu tahun menuntut ilmu, tepatnya di usianya yang ke-16 tahun, Syaikhah Rahmah el-Yunusiyyah dijodohkan dengan sosok ulama muda, Bahauddin Lathifa dari Sumpur, Padang Panjang. Namun karena berbeda pendirian, keduanya akhirnya bercerai di usia pernikahan yang ke-6 tahun dan tidak dikarunia anak.
Pasca perceraian Syaikhah Rahma el-Yunusiyyah tidak menikah lagi. Ia lebih memilih mendedikasikan diri sepenuhnya pada sekolah putri yang ia dirikan.
Sekolah Diniyyah Putri yang ia dirikan itu berangkat dari kegelisahannya saat bersekolah di Diniyyah School kepunyaan kakaknya. Mebaurnya perempuan dengan laki-laki ketika belajar, membuat perempuan sulit mengutarakan pertanyaan maupun pendapatnya. Mereka seolah kehilangan haknya dalam proses belajar.
Syaikhah Rahmah el-Yunusiyyah juga mengamati bahwa banyak persoalan dari berbagai perspektif terutama dalam persepektif fiqh, tidak diperinci dengan jelas. Ia pun mengajak teman-temannya untuk membuat kelompok belajar untuk membahas seputar permasalahan Agama dan persoalan perempuan lainnya kepada Syekh Abdul Karim Amrullah (ayah dari Buya Hamka) di surau Jembatan Besi.
Dari setiap proses pembelajaran yang ia lalui inilah Syaikhah Rahmah el-Yunusiyyah terinspirasi untuk membuat sekolah khusus putri. Menurutnya perempuan juga memiliki hak yang sama untuk memperoleh pendidikan seperti laki-laki, lebih dari sekedar pembahasan fiqh dan pembelajaran seputar persoalan perempuan lainnya.
Pada tanggal 1 November 1923 bedirilah sekolah khusus putri pertama yang bernama Madrasah Diniyyah lil Banat yang berlokasi di Masjid Pasar Usang. Dengan Tujuan untuk meningkatkan pendidikan kaum perempuan dalam masyarakat yang berlandaskan Islam.
Ia meyakini bahwa tidak ada yang bisa memperbaiki posisi perempuan terhadap kualitas pendidikanya, selain perempuan itu sendiri. Maka, sudah sepatutnya perempuan memiliki jiwa pembelajar yang terus melekat dalam dirinya. Sebab perempuan merupakan madrasah pertama bagi keturunannya kelak, sebagaimana yang disabdakan baginda Nabi.
Syaikhah Rahmah el-Yunusiyyah wafat pada hari Rabu tanggal Dzulhijjah 1388 Hijriyah, atau tepat pada 26 Februari 1969. Jenazahnya dimakamkan disamping rumahnya, tepatnya disamping Asram Diniyyah lil banat.
Meskipun sosoknya telah tiada, tapi dedikasi dan perjuangannya dalam bidang pendidikan tetap melekat manfaatnya sampai sekarang. Gelar Syaikhah-nya pun ia dapat dari pusat pendidikan Islam tertua didunia, yaitu Universitas Al-Azhar, Cairo, Mesir. Suatu kehormatan untuknya karena telah menjadi pelopor pendidikan muslimah pertama di Indonesia.
Baca Juga : Perantau Wajib Tahu! Inilah 5 Manfaat Menuntut Ilmu Menurut Imam Syafi’i