Mengenal Profil Imam Syafii, Ulama Fiqih yang Kecerdasannya Di Atas Rata-Rata

Alfatihah.com – Profil Imam Syafii tak bisa lepas dari betapa cemerlangnya kemampuan beliau dalam merumuskan hukum-hukum fiqih. Keahliannya ini bahkan menghasilkan ilmu baru yang disebut sebagai ilmu ushul fiqih. Mengutip dari laman Kisahmuslim.com, ilmu ushul fiqih ialah kajian cerdas yang bisa meringkas banyaknya teks yang memiliki akibat hukum yang sama menjadi sesuatu yang lebih sederhana. Imam Syafii disebut sebagai ulama cerdas yang menggagas ilmu ushul fiqih pertama kali

Profil Imam Syafii, Nasab dan Masa Kecilnya

Profil Imam Syafii akan dimulai dengan membahas nasab dan bagaimana masa kecilnya. Beliau memiliki nama lengkap  Muhammad bin Idris bin al-Abbas bin Utsman bin Syafii. Nasabnya masih bersambung dengan Rasulullah SAW pada kakek mereka yang bernama Abdul Manaf, sehingga Imam Syafii masih termasuk pemuda Quraisy.

Mengutip dari laman Kisahmuslim.com Imam Syafii dilahirkan oleh ibunya yang berasal dari Bani Azdi atau Asad di tahun 150 Hijriyah, di Gaza, Palestina. Adapun tahun kelahiran beliau dalam masehi adalah 767 yang bertepatan dengan wafatnya Imam Abu Hanifah. Seperti ulama-ulama ternama pada umumnya, Imam Syafii mengalami cobaan di usia dini yakni meninggalnya sang ayah. Mengetahui hal tersebut, ibunda Imam Syafii memutuskan untuk hijrah ke Makkah, agar nasab Imam Syafii lebih terjaga.

Profil Imam Syafii dan masa kecilnya banyak dihabiskan di kota Makkah, terlebih  setelah hijrahnya sang bunda ke Makkah. Syafii kecil yang tinggal di Makkah cepat mempelajari bahasa Arab, ilmu syariah, dan sejarah. Kecerdasannya yang berada di atas rata-rata anak seusianya membuatnya mudah saja menghafal Al-Quran di usia 6 atau 7 tahun. Terbatasnya ekonomi tak sekalipun menyurutkan niatnya untuk belajar, ia mudah menghafal dan mempelajari ilmu dari ulama-ulama Makkah.

Profil Imam Syafii dan Proses Menuntut Ilmunya yang Mengagumkan

Profil Imam Syafii tak bisa dilepaskan dari sesuatu yang bernama ilmu. Kecintaannya pada ilmu diikuti kecerdasan menjadi kombinasi yang sangat mengagumkan. Ia bagaikan spons yang menyerap ilmu di sekelilingnya dengan mudah, puas menuntut ilmu dengan ulama Makkah, Imam Syafii telah mentarget Madinah menjadi tempat belajar. Usia 13 tahun ia pergi ke Madinah untuk berguru pada Imam Malik.

Mendapat murid yang luar biasa cerdas, Imam Malik yang terkenal selektif tiba-tiba mengangkat Imam Syafii menjadi asisten. Rupanya tak cukup pada Imam Malik, Imam Syafii juga berguru kepada  Imam Muhammad asy-Syaibani, salah seorang murid senior Imam Abu Hanifah, Ibrahim bin Saad al-Anshari, Abdul Aziz bin Muhammad ad-Darawaridi, Ibrahim bin Abi Yahya, Muhammad bin Said bin Abi Fudaik, dan Abdullah bin Nafi ash-Sha-igh.

Tak cukup di Madinah saja, profil Imam Syafii rupanya tidak bisa lepas dari kegemarannya mengembara untuk mencari ilmu. Ia kukuh pergi ke Yaman dan belajar pada sejumlah ulama diantaranya Mutharrif bin Mazin, Hisyam bin Yusuf yang merupakan hakim di Kota Shan’a, Amr bin Abi Salama, salah seorang sahabat Imam al-Auza’i, dan Yahya bin Hasan. Sedangkan di Irak beliau belajar kepada Waki’ bin Jarrah, Abu Usamah Hamad bin Usamah al-Kufiyani, Ismail bin Aliyah, dan Abdullah bin Abdul Majid al-Bashriyani.

Kesungguhan dan pengorbananya dalam menuntut ilmu, pun diikuti dengan kecerdasan yang luar biasa membuatnya menjadi seorang ulama besar di usia muda. Saat gurunya yang bernama Imam Malik wafat, Imam Syafii baru berusia 20 tahun dan dianggap sebagai seorang pemuda paling berilmu di bumi.

Profil Imam Syafii dan Wafatnya

Profil Imam Syafii setelah menjalani segala jenis kecemerlangan dalam hidupnya, ia mulai memasuki masa-masa sakit mendekati akhir hidupnya. Meski demikian, ia telah meninggalkan jejak dan karya yang begitu gemilang bagi umat muslim. Pegorbanan menuntut ilmu telah membuatnya menjadi ulama besar yang menorehkan manfaat tak lekang waktu bagi kaum muslimin. 

Maka saat tiba masanya sakit menjelang akhir hayat salah satu muridnya bertanya “Bagaiaman keadaan pagimu?” Imam Syafii menjawab, “Pagi hariku adalah saat-saat pergi meninggalkan dunia, perpisahan dengan sanak saudara, jauh dari gelas tempat melepas dahaga, kemudian aku akan menghadap Allah. Aku tidak tahu kemana ruhku akan pergi, apakah ke surga dan aku pun selamat ataukah ke neraka dan aku pun berduka.” beliaupun menangis.

Itu dia profil Imam Syafii, ia meninggal pada usia 54 tahun dan dimakamkan di Kairo tepatny pada hari Jum’at 204 H/820 M. Satu hal yang bisa kita pelajari dari beliau adalah tidak merasa tenang atas amal yang telah ia lakukan, beliau masih ragu apakah dirinya akan masuk surga atau masuk neraka, padahal amalan yang telah dikerjakan seluas samudera.

Baca Juga : Mengenal Profil Ibnu Majah, Salah Satu Ulama Besar di Bidang Hadits

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You might also like
Chat WhatsApp
Hubungi Kami