Perhatikan Adab Bertamu Satu Ini Sebelum Berkunjung ke Rumah Orang Lain

Alfatihah.com – Banyak adab yang Islam ajarkan sebagai panduan karakter bagi seorang muslim untuk menjalani berbagai aktivitas di dunia. Mulai dari ibadah wajib hingga menjalin hubungan dengan sesama pun sudah tersusun rapi panduannya, tak terkecuali adab bertamu. Islam sangat rinci menjelaskan adab bertamu bagi kaum muslimin. Apa saja adab bertamu yang perlu diperhatikan sebelum berkunjung ke rumah orang lain? Ini dia penjelasannya!

Tamu yang diundang (jika kamu diundang)

Adab bertamu yang pertama adalah memenuhi undangan, jika diundang. Kalau kunjungan atau bertamu dilakukan atas inisiatif pribadi, maka datanglah sesuai kesanggupan tuan rumah menerima tamu. Datang ketika diundang menjadi sebuah kewajiban, kecuali ada udzur yang membuatnya tidak bisa datang. Hal tersebut dijelaskan dalam sebuah hadis yang artinya “Barangsiapa yang diundang maka datangilah!” (H.R. Abu Dawud dan Ahmad)

Untuk menghadiri undangan, perhatikanlah beberapa hal berikut ini sebagai pnaduan. 

  1. Orang yang mengundang bukan orang yang harus dihindari dan dijauhi
  2. Tidak ada kemungkaran pada tempat undangan tersebut
  3. Orang yang mengundang adalah muslim
  4. Penghasilan orang yang mnegundang bukan dari sumber yang diharamkan. Namun, ada sebagian ulama menyatakan boleh menghadiri undnagan yang pengundangnya berpengahasilan haram. Dosanya tetap berada bagi orang yang mengundang, tidak bagi yang diundang.
  5. Tidak menggugurkan suatu kewajiban tertentu ketika menghadiri undangan tersebut.
  6. Tidak ada mudharat bagi orang yang menghadiri undangan.
  7. Tidak membeda-bedakan pengundang

Sebagai tamu atau orang yang akan bertamu, tidak membeda-bedakan orang yang mengundang atau orang yang akan dikunjungi juga penting untuk diperhatikan. Konsep ini menjadi wujud dari ajaran Islam untuk tidak membeda-bedakan orang lain, sebab yang paling berbeda di mata Allah hanya mereka yang bertakwa. Takwa inilah yang bisa datang dari mana saja, termasu dari mereka yang kondisi ekonominya di bawah maupun di atas.

Meniatkan kehadiran sebagai penghormatan pada sesama

Hal ini dijelaskan dalam sebuah hadis yang artinya “Semua amal tergantung niatnya, karena setiap orang tergantung niatnya.” (H.R. Bukhari Muslim).

Masuk seizin tuan rumah

Adab bertamu satu ini sering sekali diajarkan orang tua atau sesama pada yang lainnya. Izin tuan rumah pada tamu untuk memasuki rumahnya menjadi penting, karena hal itulah yang dijelaskan dalam sebuah ayat yang artinya “Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah-rumah Nabi kecuali bila kamu diizinkan untu makan dengan tidak menunggu-nunggu waktu masak makanannya! Namun, jika kamu diundang, masuklah! Dan bila kamu selesai makan, keluarlah kamu tanpa memperpanjnag percakapan! Sesungguhnya yang demikian itu akan mengganggu Nabi. Lalu, Nabi malu kepadamu untuk menyuruh kamu keluar. Dan Allah tidak malu menerangkan yang benar.” (Q.S. Al Ahzab: 53)

Tetap menghadiri undangan atau bertamu meski sedang puasa

Puasa tidak menghalangi seseorang untuk menghadiri undangan atau memenuhi janji bertamu. Adab bertamu ini selaras dengan penjelasan sebuah hadis, yaitu “Jika salah seorang di antara kalian diundang, hadirilah! Apabila ia puasa, doakanlah! Dan apabila tidak berpuasa, makanlah!” (H.R. Muslim)

Meminta izin tuan rumah untuk memakan makanan yang dihidangkan

Meminta izin berlaku tidak hanya untuk memasuki rumah milik tuan rumah, tetapi juga memakan makanan yang dihidangkan olehnya.

Tidak menatap atau melirik orang lain yang sedang makan

Tidak menatap atau melirik orang lain yang sedang makan menjadi adab bertamu berikutnya yang harus diperhatikan. Seringkali, saat makan mata kita melihat hal-hal di sekitar kita termasuk ekspresi atau mimik wajah orang lain saat makan. Hal tersebut sebaiknya tidak dilakukan agar tidka memunculkan prasangka yang tidak perlu.

Berusaha tidak memberatkan tuan rumah

Berusaha tidak memberatkan tuan rumah bisa dilakukan dengan tidak berlama-lama dalam melakukan kunjungan hingga segera pulang setelah selesai makan. Adab bertamu ini dijelaskan dalam Alquran surat AL Ahzab ayat 53 yang artinya “Bila kamu selesai makan, keluarlah!” 

Membawa hadiah untuk tuan rumah

Membawa hadiah untuk tuan rumah atau orang yang akan dikunjungi bisa memunculkan kasih sayang antara satu sama lain, khususnya sesama muslim. Rasulullah pun pernah bersabda “Berilah hadiah di antara kalian! Niscaya kalian akan saling mencintai.” (H.R. Bukhari) 

Apabla datang bertamu bersama orang lain yang tidak diundang atau tidak sesuai perjanjian, maka harus izin dengan tuan rumah

Adab bertamu satu ini didasarkan pada sebuah hadis riwayat Ibnu Mas’ud radhiyallahu’anhu yang artinya “Ada seorang laki-laki di kalangan Anshor yang biasa dipanggil Abu Syuaib. Ia mempunyai seorang anak tukang daging. Kemudian, ia berkata kepadanya, “Buatkan aku makanan yang dengannya aku bisa mengundang lima orang bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Kemudian, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengundnag empat orang yang kelimanya adalah beliau. Kemudian, ada seseorang yang mengikutinya. Maka, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Engkau mengundang kami lima orang dan orang ini mengikuti kami. Bilamana engkau ridho, izinkanlah ia! Bilamana tidak, aku akan meninggalkannya.” Kemudian, Abu Syuaib berkata, “Aku telah mengizinkannya.””” (H.R. Bukhari)

Mendoakan tuan rumah atau orang yang membeirnya hidangan saat bertamu

Mendoakan orang lain, terutama tuan rumah yang telah menjamu kedatangan kita menjadi poin penting dalam sbeuah kunjungan. Adba bertamu satu ini menjadi pembeda aktivitas seorang muslim dengan umat lainnya. Tak hanya berdoa untuk diri sendiri, adab bertamu bagi seornag muslim juga mendoakan tuan rumah yang telah meneria kunjungannya maupun mengundangnya. Dalam sebuah hadis dijelaskan bahwa ada beberapa contoh narasi untuk mendoakan tuan rumah yang telah menerima kita, salah satunya yaitu اَللّهُـمَّ اغْـفِرْ لَهُمْ وَارْحَمْهُمْ وَبَارِكْ لَهُمْ فِيْمَا رَزَقْتَهُمْ

Ya Allah ampuni dosa mereka dan kasihanilah mereka serta berkahilah rezeki mereka.” (H.R. Muslim)

Pulang dengan lapang dada (buta, tuli, dan lupa dengan apa yang ada dalam rumah orang lain)

Sebagi seseorang yang telah berkunjung ke rumah orang lain, maka pulanglah dengan lapang dada, memperlihatkan budi pekerti yang mulia, dan memaafkan segala kekurangan tuan rumah. Masuklah ke rumah orang lain dalam keadaan buat dan keluarlah dalam keadaan bisu. Hal tersebut menjadi sebuah perumpamaan agar menjaga mata dan mulut saat masuk dan keluar dari rumah orang lain. Menjaga aib sesama menjaid bentuk terima kasih kita atas kebaikan Allah menutup aib kita dari orang lain.

Baca Juga: Wahai Ladies, Perhatikan Cara Seorang Muslimah Berpakaian Sesuai dengan Syariat Islam!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Kamu harus baca
Chat WhatsApp
WhatsApp