Alfatihah.com – Banyak kebiasaan muslim saat ini yang kurang baik untuk diteruskan, salah satunya adalah tidak makan bulir nasi sampai habis. Biasanya orang-orang akan menyisakan sedikit nasi di pinggir piring, karena sudah tidak selera dan enggan menghabiskannya. Padahal, hal tersebut termasuk ke dalam sifat mubazir. Lalu, bagaimana pandangan Islam tentang kebiasaan muslim yang tidak menghabiskan makan tersebut? Simak ulasannya beirkut ini!
Menghabiskan makan adalah wujud seorang muslim tidak mubazir. Selain mengurangi sampah sisa makanan, menghabiskan makan juga menjadi salah satu wujud bersyukur atas karunia Allah berupa makanan.
Nah, dalam KBBI versi V arti kata mubazir sendiri adalah menjadi sia-sia atau tidak berguna; terbuang-buang (karena berlebihan), berlebihan, bersifat memboroskan, berlebihan, royal, orang yang berlaku boros, dan pemboros. Sementara dalam Alquran Allah telah melarang kaum muslimin untuk bersifat mubazir dalam surat Al Isra ayat 26-27
وَءَاتِ ذَا ٱلْقُرْبَىٰ حَقَّهُۥ وَٱلْمِسْكِينَ وَٱبْنَ ٱلسَّبِيلِ وَلَا تُبَذِّرْ تَبْذِيرًا نَّ ٱلْمُبَذِّرِينَ كَانُوٓا۟ إِخْوَٰنَ ٱلشَّيَٰطِينِ ۖ وَكَانَ ٱلشَّيْطَٰنُ لِرَبِّهِۦ كَفُورًا
Artinya: “Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada orang miskin, dan orang yang dalam perjalanan. Dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara setan dan setan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya.” (Q.S. Al Isra: 26-27)
Ayat tersebut dengan jelas memberi peringatan pada orang-orang untuk tidak berlaku boros (mubazir) dengan membuang-buang sumber daya yang dia miliki. Hal ini sejatinya tidak hanya berlaku pada makanan seperti konteks dalam artikel ini, tetapi juga pada harta benda atau hal lain yang sejatinya masih bisa dimanfaatkan untuk sesama maupun keluarga.
Menurut laman nabawimulia.co.id mubazir dalam Islam adalah perbuatan yang bertentangan dengan prinsip kebijakan berupa penggunaan harta yang bijak. Hal ini meliputi makanan yang seringkali lebih banyak tidak dihabiskan sehingga menimbulkan banyak sisa dan menjadi sampah.
Menghabiskan makan wujud seorang muslim tidak berlaku mubazir. Hal ini karena sumber daya atau nikmat yang diterima dimanfaatkan dengan maksimal. Dalma kata lain, makanan yang sudah didapat dihabiskan tanpa sisa, karena menyadari banyak orang yang belum bisa makan dengan makanan yang baik, karena mengalami kondisi yang serba kekurangan.
Diriwayatkan dari Anas bin Malik Radhiyallahu’anhu, ia bekrata bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam sering makan dengan menjilati ketiga jarinya (ibu jari, telunjuk dan jari tengah) lalu beliau bersabda, “Jika ada makananmu yang terjatuh, maka buanglah kotorannya dan sebaiknya ia memakannya serta tidak membiarkannya untuk setan.” Dan beliau memerintahkan kepada kamu untuk menjilati piring seraya bersabda, bahwa sesungguhnya kamu tidak mengetahui pada makanan yang mana adanya berkah itu.“ (H.R. Muslim)
Dalam hadis lainnya juga Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam mengajarkan untuk tidak berlebihan dalam menghidangkan makanan, kecuali saat menjamu tamu pada momen tertentu. Dalam sebuah hadis dijelaskan bahwa “Makanlah, bersedekah, dan kenakan pakaian tanpa berlebihan, tanpa berbangga diri serta sombong.” (H.R. An Nasa’i)
Jadi, menghabiskan makan adalah wujud seorang muslim tidak mubazir benar adanya dan telah lama dicontohkan oleh Rasulullah. Sebagai teladan seluruh muslim, Rasulullah sudah sejak lama memberikan teladan untuk tidak berebih-lebihan dalam makan. Beliau mengambil secukupnya dan menghabiskannya, kemudian memberikan contoh sebuah sunah untuk menjilat jari setelah makan.
Kini, sejmlah penelitian menunjukkan bahwa menjilati jari setelah makan bisa menunjang proses metabolisme atau proses pencernaan makanan dalam saluran pencernaan. Hal ini menjadi penambah bukti keilmiahan sunah yang Rasul contohkan dan kita amalkan sehari-hari. MasyaAllah.
Semoga setelah ini kamu semakin berhati-hati dalam mengonsumsi makanan dengan mengambil secukupnya dan menghabiskan makanannya hingga bulir terakhirnya. Sebab, telah ada dalam diri Rasulullah teladan yang baik untuk semua muslim dari karakter hingga sunah-sunahnya yang bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Semoga bermanfaat. Barakallahufikum
Baca Juga: Tips Hidup Sehat dari Aisyah Istri Rasulullah yang Harus Kamu Contoh!