Alfatihah.com – Pada tahun 34 Hijriyah terdapat seorang tabi’in yang lahir di masa akhir kekhilafahan Utsman bin Affan, beliau adalah Sulaiman bin Yasar Al Hilali Al Madani. Dikenal dengan julukan Abu Ayyub, beliau juga merupakan maula (budak yang dimerdekakan) Maimunah binti Al Harits yang merupakan salah satu istri Nabi Muhammad SAW.
Beliau merupakan ahli fiqih, terbukti dari perkataan Imam Adz Dzahabi yang berkata, “Beliau adalah ahli Fiqih, imam, sekaligus mufti bagi penduduk kota Madinah”. Sebagaimana Ibnu Ma’in menyifatinya dengan ahli Fiqih dan sudah meriwayatkan banyak hadits. Abu Zur’ah juga berkata, “Beliau adalah orang yang dapat dipercaya, mulia, dan ahli ibadah”.
Dikutip dari NU Online, dalam kitab Ihya’ Ulumiddin, jilid III, halaman 105, Imam Al Ghazali menulis dua kisah menarik dari Sulaiman bin Yasar. Pada suatu hari, Sulaiman berada di rumahnya sendirian lalu tiba-tiba muncul seorang perempuan yang amat cantik mendatanginya, dia mengajak Sulaiman bersetubuh. Namun, Sulaiman pun menolak dengan sangat keras dan lari meninggalkan perempuan cantik tersebut dari rumahnya. Lalu, pada malam hari, Sulaiman bermimpi dalam tidurnya dan isi mimpi tersebut adalah Sulaiman bertemu Nabi Yusuf dan bertanya kepada nabi Yusuf, “Apakah engkau adalah Nabi Yusuf?”. Lalu nabi Yusuf menjawab, “Iya. Saya adalah Nabi Yusuf yang menghendaki dan menyukai Zulaikha, dan kamu adalah Sulaiman yang tidak menghendaki perempuan yang menggodamu”.
Dari ungkapan nabi Yusuf diatas, beliau kagum terhadap Sulaiman karena ia tidak tergoda meskipun dalam keadaan digoda oleh seorang perempuan cantik, bahkan ia dengan tegas menolak tawaran untuk bersetubuh dengan perempuan yang sangat cantik tersebut. Berbeda dengan nabi Yusuf, dimana ketika beliau digoda oleh Zulaikha, beliau sempat tergoda dan memiliki hasrat untuk bersetubuh dengan Zulaikha, meskipun pada akhirnya beliau tetap berhasil melawan hawa nafsunya namun dia tidak seperti Sulaiman yang memang tidak memiliki hasrat dan tergoda terhadap tawaran tersebut. Sebagaimana diceritakan dalam QS. Yusuf ayat 24 yang berbunyi :
وَلَقَدْ هَمَّتْ بِهٖۙ وَهَمَّ بِهَاۚ لَوْلَآ اَنْ رَّاٰ بُرْهَانَ رَبِّهٖۗ
Artinya: “Sungguh, perempuan itu benar-benar telah berkehendak kepadanya (Yusuf). Yusuf pun berkehendak kepadanya sekiranya dia tidak melihat tanda (dari) Tuhannya.”
Terdapat kisah lainnya yang dialami oleh Sulaiman, kisah ini lebih mengagumkan dari kisah yang sebelumnya. Suatu hari, ketika Sulaiman menunaikan ibadah haji bersama salah satu temannya dan keluar dari kota Madinah menuju kota Makkah. Ditengah perjalanan, beliau dan temannya berhenti di suatu tempat yang disebut Al Abwa’. Mereka mendirikan sebuah tenda di tempat itu, lalu temannya pergi ke pasar untuk membeli beberapa kebutuhan mereka berdua, sementara Sulaiman tetap tinggal di tendanya sendirian.
Tak berselang lama, ada perempuan Badui cantik yang mengetahui keberadaannya dan tergoda terhadap ketampanan Sulaiman. Lalu tanpa segan, perempuan tersebut bergegas menemui Sulaiman yang sedang duduk sendirian didalam tenda. Saat sampai didepan Sulaiman, perempuan tersebut langsung membuka cadarnya dan menampakkan kecantikan wajahnya kepada beliau. Perempuan Badui itu sangatlah cantik, diumpamakan belahan bulan. Perempuan tersebut berkata kepada Sulaiman bin Yasar “Wahai tuan, buatlah aku merasa senang!”. Dari ungkapan perempuan Badui tersebut, beliau menyangka bahwa perempuan tersebut menginginkan makanan yang berada di dalam tendanya. Lalu dia langsung mengambil makanan tersebut dan memberikannya kepada perempuan Badui tersebut.
Melihat Sulaiman bin Yasar yang salah paham terhadap apa yang ia maksud, perempuan Badui tersebut langsung menjelaskan dengan berkata, “Aku tidak menginginkan makanan ini, melainkan aku ingin engkau menyetubuhiku sebagaimana hubungan yang dilakukan oleh suami dengan istrinya”. Mendengar ungkapan perempuan tersebut, Sulaiman bin Yasar langsung berkata dengan tegas kepadanya, “Bersiaplah bertemu dengan iblis!”. Lalu menaruh kepalanya di antara dua lututnya sambil menangis ketakutan.
Melihat sikap Sulaiman bin Yasar, perempuan Badui tersebut langsung menutup kembali wajahnya menggunakan cadar, lalu pergi meninggalkannya. Tak lama setelah itu, temannya datang dan melihat Sulaiman bin Yasar yang sedang menangis. Temannya tersebut bertanya kepadanya, “Apa yang menyebabkanmu menangis?”. Sulaiman bin Yasar menjawab dan membohonginya, “Sesuatu yang baik, aku merindukan anak perempuanku”. Namun, teman dari Sulaiman bin Yasar tersebut tidak yakin dan tidak percaya dengan jawaban tersebut, ia terus-terusan mendesak Sulaiman bin Yasar untuk menceritakan peristiwa yang terjadi terhadap Sulaiman bin Yasar. Akhirnya mau tidak mau, Sulaiman bin Yasar menceritakan kejadian yang sebenarnya, yakni ada perempuan Badui cantik yang mendatanginya dan mengajaknya untuk berhubungan badan dengannya.
Setelah mendengar kejadian yang dialami oleh Sulaiman bin Yasar yang sebenarnya, temannya tersebut langsung menangis. Melihat temannya yang tiba-tiba ikut menangis, Sulaiman bin Yasar langsung bertanya kepadanya, “Apa yang menyebabkanmu menangis?”, temannya menjawab, “Aku yang lebih berhak menangis dibanding kamu, karena saya merasa takut, seandainya aku yang berada di posisimu maka aku tidak bisa menahan nafsuku, sehingga aku menuruti ajakan perempuan Badui tersebut”, lalu mereka berdua sama-sama menangis.
Setelah itu mereka melanjutkan perjalanan menuju Makkah. Sesampainya di Makkah, Sulaiman bin Yasar dan temannya langsung menunaikan ibadah haji. Ditengah menunaikan ibadah haji, Sulaiman bin Yasar menyempatkan diri untuk mendatangi hajar aswad dan menciumnya. Lalu, ia memilih untuk duduk dibawah hajar aswad dengan posisi memeluk lututnya, dan tertidur. Didalam tidurnya, Sulaiman bin Yasar bermimpi bertemu dengan lelaki tampan dan amat wangi, laki-laki tersebut berkata kepada Sulaiman bin Yasar, “Semoga Allah Swt merahmatimu wahai Sulaiman”, lalu Sulaiman bin Yasar bertanya kepadanya, “Kamu siapa?”, laki-laki tersebut menjawab, “Aku adalah Yusuf”, Sulaiman bin Yasar menegaskan, “Apakah yang kamu maksud adalah Nabi Yusuf?”, laki-laki tersebut menjawab, “Iya”.
Mengetahui bahwa yang muncul didalam mimpinya adalah nabi Yusuf, beliau langsung menunjukkan kekagumannya terhadap nabi Yusuf, karena nabi Yusuf mampu menahan hawa nafsunya ketika digoda oleh Zulaikha. Namun, nabi Yusuf mengelak dan menjawabnya dengan mengungkapkan kenyataan bahwa peristiwa yang dialami oleh Sulaiman bin Yasar lebih mengagumkan dibanding yang dialami oleh nabi Yusuf dan Zulaikha.
Dari dua kisah yang telah diceritakan diatas, sudah menunjukkan bahwa orang terdahulu khususnya ulama terdahulu memiliki sifat iffah. Meskipun mereka ditawarkan banyak kesempatan untuk berzina dan mendekati kemaksiatan, namun mereka mampu menahan hawa nafsunya dan lebih memilih tetap berada dijalan Allah SWT.
Baca Juga : Kisah Bullying Yang Dialami Nabi Yusuf Ketika Kecil Tertulis Dalam Al-Qur’an