Kisah Malang Tajikistan dan Umat Muslim 

Alfatihah.com – Berita beberapa waktu terakhir ini berulang kali menunjukkan betapa lemahnya kondisi umat Islam. Mulai dari Genosida di Palestina hingga kisah malang Tajikistan yang harus pasrah dengan ketentuan hukum yang berlaku di negaranya. 

Berita-berita itu kemudian menjadi gambaran kondisi umat Islam saat ini yang sebenarnya sangat lemah dan kehilangan kemampuan untuk membela saudara muslim lainnya. Lalu, sejauh apa kondisi umat muslim di Tajikistan yang sedang mengalami pengucilan, sebab peraturan yang tak memihak muslim? Simak ulasan kisah malang Tajikistan dan umat muslim berikut ini!

Pelarangan Hijab di Tajikistan

Pelarangan hijab di Tajikistan menjadi sebuah berita besar yang mengusik kaum muslimin di seluruh dunia. Bukan hanya karena pelarangan hijab yang disahkan melalui peraturan yang disetujui pemimpin negara Tajikistan, tetapi juga kondisi umat Islam yang seolah sangat lemah, sehingga tidak bisa membela sesama muslim yang tertindas.

Keputusan presiden Tajikistan untuk menyetujui pelarangan penggunaan hijab bagi warna negaranya, meski hampir seluruh populasi warganya muslim tidak lahir dari sebuah kekosongan. Jauh sebelum keputusan yang menggemparkan kaum muslimin di seluruh dunia ini diputuskan, ada banyak kejadian di masa lalu yang melatarbelakangi keputusan kontroversial ini.

Mulai dari munculnya pelarangan penggunaan hijab di lingkungan sekolah sejak 2017. Kemudian, setahun setelahnya Menteri Agama Tajikistan, Nurlan Yermekbayev mengeluarkan larangan pemakaian burqa dan niqab di tempat umum. Larangan itu didasarkan pada pendapat bahwa niqab dan burqa akan menyulitkan proses identifikasi wajah. Larangan itu termaktub dalam draf RUU tentang Perubahan Sejumlah Hukum terkait Kegiatan Keagamaan. 

Kisah Malang Tajikistan

Kisah malang Tajiskistan adalah berita buruk bagi keseluruhan kaum muslimin di seluruh negeri. Berita ini adalah sebuah kemunduran kondisi kaum muslimin yang seharusnya semakin taat dan ringan tangan membantu sesama yang kehilagan hak-haknya untuk menjalankan syariat Islam.

Sayangnya, kisah malang Tajikistan atas pemberlakukan larangan penggunaan hijab hanya menjadi berita sedih yang dalam dua hingga tiga hari akan dilupakan. Hal ini seharusnya tidak begitu saja dilupakn oleh seluruh muslim yang masih memiliki keimanan Islam. Bukan hanya karena menjaga hak dan harta sesama muslim adalah wasiat terakhir Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam, tetapi juga bentuk penerapan akidah Islam dalam kehidupan sehari-hari.

Adanya isme-isme yang melatarbelakangi kondisi semacam ini berulang kali terjadi dalam skala kecil hingga besar. Sekulerisme yang mengakar kuat menjadi salah satu sebab mengapa di kalangan internal kaum muslimin muncul pemikiran yang jauh dari ajaran Islam, terutama kelonggaran penerapan syariat khusus untuk muslimah yang wajib menggunakan penutup kepala (kerudung).

Sekulerisme merupakan isme yang berasal dari kata saeculum dari bahasa Latin dan memiliki arti “periode besar waktu” atau “spirit zaman”. Secara istilah, saeculum berkembang menjadi kata secularism yang berarti adanya sifat keduniaan (worldly), ono agama (irreligious), dan non spiritual (mundane).

Istilah ini memunculkan lawan katanya, yaitu suci (holy), hal-hal yang bersifat keagamaan (religious), wakil dari langit (vicegerent of God), dan hal-hal di luar hukum alam (unearthy transcendental). Menurut kamus Oxford pun kata sekulerisme memiliki penjelasan yang cukup menjelaskan mengapa kisah malang Tajikistan terjadi. Sekulerisme menurut kamus Oxford adalah doktrin bahwa moralitas harus semata-mata didasarkan pada penghargaan atas umat manusia dan kehidupan, dengan membuang semua pertimbangan yang diambil dari keyakinan pada Tuhan atau hari akhirat.

Dalam penjelasan yang lebih sederhana dapat dipahami bahwa sekulerisme yang ada dalam kisah malang Tajikistan adalah pemahaman atau paham yang mencoba memisahkan aktivitas manusia dari nilai-nilai agama. Hal inilah yang jelas kentara pada kebijakan yang diambil oleh presiden Tajikistan, Emomali Rahmon.

Baca Juga: Begini Sikap Umar bin Khatab dalam Menjaga Wanita

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Kamu harus baca
Chat WhatsApp
WhatsApp