Kisah Hidup Refaat Al Areer, Penyair Palestina yang Dibunuh Oleh Israel

Alfatihah.com – Kisah hidup Refaat Al Areer adalah salah satu penyair Palestina yang dibunuh oleh israel, karena serangan Israel sejak 7 Oktober 2023. Refaat menjadi salah satu penyair dari Palestina yang harus merasakan kejamnya perlakuan Isreal hingga kehilangan nyawanya sendiri. Lantas, bagaimana kisah hidup Refaat Al Areer dalam dunia kepenyairan di Palestina? Simak ulasannya berikut ini!

Kisah Hidup Refaat Al Areer

Kisah hidup Refaat Al Areer dimulai saat ia lahir pada 23 September 1979 di Shuja’iyya di Kota Gaza. Refaat adalah seorang penulis, penyair, profesor, dan aktivis yang hidup di Gaza. Ia merupakan seorang lulusan dari Univeristas Islam Gaza dengan gelar BA dalam Bahasa Inggris pada tahun 2001 dan merupakan seorang lulusan University College London dengan gelar MA pada tahun 2007. Refaat Al Areer memperoleh gelar PhD dalam bidang Sastra Inggrsi di Universiti Putra Malaysia pada tahun 2017 dengan disertasi tentang John Donne berjudul “Unframing John Donne’s Transgressive Poetry in Light of Bakhtin’s Dialog Thories.”

Kisah hidup Refaat Al Areer banyak dihabiskan dengan mengajar sastra dan penulisan kreatif di Univeristas Islam Gaza. Dia juga ikut mendirikan komunitas We Are Not Numbers (WANN) yang menyatukan penulis berpengalaman dengan penulis muda di Gaza. Komunitas ini dijadikan Refaat Al Areer untuk mempromosikan kekuatan bercerita sebagai sarana perlawanan Palestina.

Kontribusinya Pada Dunia Sastra Palestina

Refaat Al Areer menerbitkan dua jilid cerita pendek Palestina, Gaza Writes Back (2014) dan Gaza Unsilenced (2015). Seluruh bukunya menggambarkan tentang perjuangan generasi muslim yang ada di Gaza. Selain mengajar sastra dunia dan penulisan kreatif, Refaat Al Areer juga menunaikan kontribusinya pada dunia sastra Palestina dengan membentuk organisasi atau komunitas bernama We Are Not Numbers (WANN). Komunitas tersebut mempromosikan kekuatan bercerita sebagai sarana perlawanan Palestina. 

Kisah hidup Refaat Al Areer banyak dihabiskan dengan menulis opini mengenai krisis Palestina pada tahun 2022 di New York Times dan menyuarakan pandangannya tentang kondisi perang yang terjadi di Gaza, terutama dampak kondisi kriris pada anaknya. Kematian Refaat Al Areer terjadi pada tanggal 6 Desember 2023 sekitar pukul 18.00 waktu Gaza.

Saat itu ia berusia 44 tahun dan sedang mengungsi ke apartemen saudara perempuannya. Sebelumnya Refaat mengungsi di sbeuah sekolah UNRWA di Gaza bersama istri dan anak-anaknya. Sayangnya, kondisi dimana ia mengungsi telah terlacak oleh para Zionis, sehingga selama di sekolah UNRWAia menerima teror tentang keberadaannya dan ancaman pembunuhan. Menanggapi ancaman itu, Refaat memutuskan pindah ke apartemen saudara perempuannya. Perpindahannya ternyata tetap diketahui Israel dan berujung dengan pembunuhan Refaat dan orang-orang yang ada dalam apartemen saudara perempuannya.

Puisi terakhir yang ditulis Refaat beberapa waktu sebelum kematiannya telah diapresiasi banyak orang, termasuk para pegiat sastra di Indonesia. If I Must Die telah menjadi simbol perlawanan orang-orang yang berpihak pada Palestina dan memahami betul bahwa yang terjadi di Palestina adalah sebuah penjajahan. Berikut ini adalah puisi Refaat Al Areer If I Must Die

if I must die,

you must live

to tell my story

to sell my things

to buy a piece of cloth

and some strings,

(make it white with a long tail)

so that a child, somewhere in Gaza

while looking heaven in the eye

awaiting his dad who left in a blaze-

and bid no one farewell

not even to his flesh

not even to himself-

sees the kite, my kite you made, flying up above

and think for a moment an angel is there

bringing back love

if i must die

let it bring hope

let it be a tale.

Itu dia kisah hidup Refaat Al Areer sejak kelahirannya hingga kontribusinya pada dunia sastra Palestina dan puisi terakhirnya yang kini dikenang banyak orang sebagai bentuk perlawanan pada penjajahan. Refaat Al Areer, adalah satu dari banyak penyari Palestina yang hidupnya berakhir di masa penjajahan Isreal dan kepergiannya menyisakan sesal di hati banyak orang. Semoga bemanfata dan bisa menambah kecintaanmu pada tanah Nabi.

Baca Juga: Abdullah bin Rawahah Sang Penyair yang Hidup Di Masa Rasulullah

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Kamu harus baca
Chat WhatsApp
WhatsApp