Kisah hidup Mariyah Al Qibtiyah: Istri Rasulullah yang Memikat dan Taat

Alfatihah.com – Kisah hidup Mariyah Al Qibtiyah sebagai salah satu istri Rasulullah mengandung hikmah hidup yang luar biasa. Dari banyaknya istri Rasulullah, semuanya pasti memiliki sejarahnya masing-masing. Rasulullah memang memiliki banyak istri dan masing-masing pasti memiliki cerita latar belakang yang berbeda-beda. Kisah Mariyah Al Qibtiyah ini memiliki keunikan, karena tidak dimiliki oleh istri Rasulullah yang lainnya. Selain julukan memikat dan taat, banyak hikmah yang bisa diambil dari kisah hidup istri Rasulullah satu ini. Bagaimana kisah hidup Mariyah Al Qibtiyah: istri Rasulullah yang memikat dan taat tersebut? Simak ulasannya berikut ini!

Kisah hidup Mariyah Al Qibtiyah sebelum bertemu Rasulullah

Kisah hidup Mariyah Al Qibtiyah sebelum bertemu Rasulullah sangatlah menyedihkan. Ia adalah seorang budak dari raja Mesir bernama Muqauqis. Pertemuannya dengan Rasulullah terjadi saat beliau mengunjungi raja Mesir untuk mengajaknya masuk Islam.

Kisah hidup Mariyah Al Qibtiyah diriwayatkan memiliki paras yang cantik, kulit yang bersih, dan ramah. Menurut Imam Al Baladziri “Sebenarnya ibunda dari Mariyah adalah keturunan bangsa Romawi. Mariyah mewarisi kecantikan ibunya sheingga memiliki kulit yang putih, berparas cantik, berpengetahuan luas, dan berambut ikal.” Masa kecil dan remajanya dihabiskan di Mesir sehingga sedikit sekali mengetahui riwayat Mariyah. Hanya diketahui nama lengkap Mariyah semasa kecil, yaitu Mariyah binti Syama’un. Mariyah lahir di Hafn, wilayah yang berada di dataran tinggi Mesir. Ayah Mariyah berasal dari Suku Qibti dan ibunya penganut agama Masehi Romawi. Setelah dewasa, Mariyah bersama saudara perempuannya, Sirin mulai dipekerjakan di Istana Raja Muqauqis.

Pada masa itu Rasulullah mengajak raja Mesir bernama Muqauqis untuk masuk Islam dengan mengirim surat melalui Hatib bin Balta’ah. Raja Muqauqis menerima dengan baik kedatangan Hatib dan memberinya banyak hadiah, meski ajakan Rasululah untuk memeluk agama Islam tidak diterimanya. Sejumlah hadiah yang diberikan raja Mesir, yaitu keledai dan kuda putih, pakaian pilihan terbaik, kerajinan dari Mesir, hingga 3 hamba sahaya, yaitu Mariyah dan 2 saudaranya bernama Sirin dan Maburi.

Perjalanan pulang ke Madinah, Hatib melihat kondisi Mariyah dan kedua saudaranya yang sangat sedih, karena harus meninggalkan kampung halamannya, Mesir. Melsihat kondisi itu, Hatib menghibur merkea dnegan menceritakan tentang pribadi Rasulullah dan keindahan agama Islam. Bersamaan dengan hal itu, Hatib mengajak mereka bertiga untuk masuk Islam dan ketiganya menerima ajakan itu dengan ikhlas. Akhirnya kisah hidup Mariyah Al Qibtiyah dan kedua saudaranya masuk Islam saat perjalanan menuju Madinah.

Kabar penolakan yang diterima Hatib di Mesir telah Rasulullah dengar, namun kondisi Hatib yang dihadiahi raja Mesir dengan 3 orang hamba sahaya tidak sampai kabarnya pada Nabi. Nabi kemudian mengambil Mariyah, Sirin diserahkan Rasul pada Hasan bin Tsabit, dan Maburi diberikan pada Abu Hudzifah Al ‘Adawi. 

Kisah hidup Mariyah Al Qibtiyah setelah bertemu Rasulullah

Rasulullah membebaskan Mariyah Al Qibtiyah dan menikahinya. Meski bekas budak, Rasulullah tidak membedakan Mariyah dengan istrinya yang lain. Dia memberi tempat tinggal untuk Mariyah di rumah Haritsah bin Nu’man yang terletak di sebelah masjid. Mariyah pun menjadi ibu dari orang-orang beriman (ummul mukminin).

Setelah satu tahun tinggal di Madinah, Mariyah dikaruniai Allah kondisi hamil dan melahirkan bayi laki-laki di bulan Dzulhijjah. Kelahiran bayi dari Mariyah ini menjadi kabar gembira bagi seluruh penduduk Madinah, terlebih setelah putra-putrinya yaitu Abdullah, Qasim, dan Ruqayah meninggal dunia. Kondisi ini menjadi Mariyah sebagai istri Rasulullah yang memberikan anak setelah Khadijah.

Kecemburuan pun datang dair istri Nabi yang lainnya, salah satunya Aisyah. Namun, ketika berusia 19 bulan anak laki-laki bernama Ibrahim bin Muhammad meninggal dan menjadikan Rasulullah sedih kembali. Tanpa disadari Rasulullah yang sata itu ditemani Abdurrahman bin Auf menangis bercucuran air mata. Ungkapan kesedihan itu semakin menjadi ketika Rasulullah mengetahui anak laki-lakinya yang maish bayi meninggal. Ungkapan kesedihan Rasulullah tergambarkan pada sebuah kalimat “Menangis adalah bukti kasih sayang, sedangkan teriakan itu dari setan.”. Haitulah yang menjadi contoh bagi umat Islam ketika menghadapi musibah, walaupun demikian berat tidak berlebihan. 

Itulah kisah hidup Mariyah Al Qibtiyah istri Rasulullah yang memikat dan taat. Semoga ada hikmah dan teladan yang bisa diambil dari kisah hidup Mariyah dan Rasulullah yang singkat ini.

Baca Juga: Abdullah bin Rawahah Sang Penyair yang Hidup Di Masa Rasulullah

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Kamu harus baca
Chat WhatsApp
WhatsApp