
Alfatihah.com – Dalam sejarah dunia islam, Ibnu Sina adalah salah satu tokoh besar yang dikenal oleh masyarakat luas sebagai Bapak Kedokteran Modern. Julukan tersebut didapatkan berkat kontribusinya yang luar biasa di bidang ilmu kedokteran.
Ibnu Sina lahir pada tahun 980 Masehi. Nama lengkapnya adalah Abu Ali al-Husayn bin Abdullah bin Sina, namun di dunia Barat ia lebih dikenal dengan nama Avicenna. Sejak kecil, Ibnu Sina sudah menunjukkan kecerdasan luar biasa. Bahkan di usia muda, ia sudah menguasai berbagai cabang ilmu seperti logika, matematika, filsafat, hingga ilmu kedokteran.
Lalu apa saja kontribusinya dalam dunia kedokteran? Dan mengapa bisa dijuluki sebagai bapak kedokteran modern? Yuk, kita bahas lebih lanjut.
Salah satu warisan terbesar Ibnu Sina untuk dunia adalah karyanya yang berjudul Al-Qanun fi al-Tibb atau dikenal juga dengan “The Canon of Medicine“. Kitab ini menjadi pegangan utama dalam dunia medis, baik di dunia islam maupun Eropa, selama beberapa abad.
Al-Qanun fi al-Tibb terdiri dari lima jilid dan membahas berbagai topik tentang ilmu kedokteran. Di dalamnya memuat pembahasan tentang anatomi tubuh manusia, fungsi organ, jenis penyakit, obat-obatan, hingga cara meracik ramuan untuk pengobatan.
Yang membuat kitab ini begitu istimewa adalah metode penulisan dan penyusunannya yang sistematis. Ia mampu menggabungkan pengetahuan dari para ilmuwan sebelumnya seperti Galenus dan Hippokrates, lalu menyempurnakannya dengan pengalamannya sendiri sebagai dokter.
Di Eropa, The Canon of Medicine bahkan dijadikan buku teks wajib di berbagai universitas kedokteran selama ratusan tahun, khususnya antara abad ke-12 hingga abad ke-17.
Selain dikenal sebagai ahli kedokteran, bapak kedokteran modern ini juga merupakan seorang filsuf dan ilmuwan serba bisa. Ia menulis lebih dari 450 karya ilmiah, meskipun hanya sekitar 240 karya yang berhasil diketahui hingga saat ini. Karya-karya tersebut meliputi berbagai bidang ilmu pengetahuan seperti filsafat, logika, matematika, fisika, astronomi, hingga musik.
Dalam bidang filsafat, ia berusaha menggabungkan ajaran filsafat Yunani kuno dengan pemikiran islam. Salah satu karya terkenalnya di bidang ini adalah “Kitab al-Syifa“, yang berisi pembahasan mendalam tentang logika, ilmu, matematika, dan metafisika.
Warisan intelektualnya ini membuat Ibnu Sina dihormati tidak hanya oleh ilmuwan muslim, tetapi juga oleh para pemikir di Barat. Banyak gagasannya yang turut mempengaruhi perkembangan ilmu pengetahuan di Eropa, terutama pada masa Renaisans.
Mengapa Ibnu Sina dijuluki sebagai Bapak Kedokteran Modern? Salah satu alasannya adalah karena metode dan sistematika yang ia gunakan dalam mempelajari dan menyusun ilmu kedokteran sangat ilmiah dan terstruktur. Ia juga memperkenalkan konsep penting tentang diagnosis dan pengobatan penyakit berdasarkan pengamatan klinis.
Gagasannya tentang pentingnya kebersihan, pencegahan penyakit, serta peran lingkungan terhadap kesehatan menjadi pondasi yang diadopsi oleh dunia medis modern. Bahkan, cara Ibnu Sina membahas hubungan antara penyakit fisik dengan kondisi psikologis pasien dianggap sebagai cikal bakal ilmu psikosomatik dalam dunia kedokteran saat ini.
Tidak hanya itu, beberapa istilah medis yang ia gunakan dalam Al-Qanun fi al-Tibb masih digunakan sampai sekarang.
Itu dia biografi singkat tentang Ibnu Sina dan beberapa warisannya baik bagi dunia medis maupun non medis. Ibnu Sina bukan hanya sekadar tokoh besar dalam dunia islam, tetapi juga salah satu pilar utama dalam sejarah perkembangan ilmu kedokteran dunia. Karya-karyanya menjadi jembatan antara ilmu kedokteran klasik dengan dunia medis modern.
Melalui Al-Qanun fi al-Tibb, Ibnu Sina berhasil memberikan warisan ilmu yang sangat berharga bagi dunia, bahkan berabad-abad setelah wafatnya. Sampai hari ini, nama Ibnu Sina tetap dikenang sebagai Bapak Kedokteran Modern yang kontribusinya terus dirasakan oleh generasi penerus di berbagai belahan dunia.
Baca Juga: 7 Sunnah Sebelum Tidur Anjuran Rasulullah SAW: Mudah Tapi Penuh Keberkahan