Begini Cara Rasulullah Menghadapi Fitnah

Alfatihah.com – Banyak hikmah dari perjalanan hidup Rasulullah, termasuk bagaimana cara Rasulullah menghadapi fitnah. Kehidupan Rasulullah memang penuh dengan ujian, tapi banyak kisah yang menjelaskan tentang kebijaksanaan beliau dalam menjalani hidup yang berat tersebut. Lalu, bagaimanakah cara Rasulullah menghadapi fitnah dalam hidup? Simak kisahnya berikut ini!

Definisi Fitnah

Fitnah menurut KBBI yang dilansir dari laman kbbi.web.id berarti perkataan bohong atau tanpa dasar kebenaran yang disebarkan dengan maksud menjelekkan orang (seperti menodai nama baik, merugikan kehormatan orang) atau menjelekkan nama orang (menodai nama baik, merugikan kehormatan, dan sebagainya). 

Dalam fitnah juga terdapat Ghibah dan Namimah. Hal inilah yang menjadikan fitnah sifat buruk yang sebaiknya seorang muslim hindari. Ghibah dalam fitnah bisa berwujud sebagai pernyataan yang tidak disenangi oleh orang yang dibicarakan dan dilakukan tanpa sepengetahuan orang tersebut. Sementara Namimah dalam fitnah berwujud memperkeruh hubungan antara dua orang atau lebih dengan pernyataan yang tidak sesuai dengan kenyataan.

Cara Rasulullah Menghadapi Fitnah

Tidak Memunculkan Prasangka Berlebihan

Dalam sebuah kisah Nabi, cara Rasulullah menghadapi fitnah yang disampaikan oleh orang-orang munafik yang menyebut Aisyah telah melakukan hal yang tercela, yaitu zina. Kondisi ini terjadi sebab pada saat itu Rasulullah sedang melakukan perjalanan kembali dari perang dan rombongan Rasulullah beristirrahat di sebuah tempat yang disebut dengan Wadi Al Qura. saat disitu, Aisyah tidak sengaja tertinggal perjalanan kembali ke Madinah.

Kondisi itu membuat Rasulullah mengutus seorang sahabat bernama Safwan bin Al Muattal. Safwan menemukan Aisyah dan membawa kembali ke Madinah dengan selamat, namun kejadian tersebut dijadikan bahan gunjingan oleh sebagian kaum munafik dan penentang Islam.

Tuduhan yang dibuat oleh orang-orang munafik dan penentang Islam adalah fitnah bahwa Aisyah berbuat tercela dengan Safwan bin Al Muattal. Nabi Muhammad pun yang mendengar fitnah tersebut merasa sangat terpukul oleh tuduhan tersebut. Namun, beliau tetap bersikap tenang dan menunggu kebenaran serta buti yang jelas sebelum mengambil tindakan.

Cara Rasulullah menghadapi fitnah inilah yang membuat kita sebagai umat muslim bisa melihat bahwa Rasulullah memiliki sikap yang tenang dan sabar, serta tidak terburu-buru memunculkan prasangka buruk.

Diam

Pilihan sikap yang ditunjukkan oleh Aisyah pun sejalan dengan cara Rasulullah menghadapi fitnah. Aisyah memilih untuk diam, meski ia tahu bahwa tuduhan yang ditujukan untuk dirinya itu adalah fitnah. Aisyah memilih untuk diam dan menunggu pertolongan dari Allah.

Beberapa waktu kemudian Allah memberikan pertolongan dengan memberikan bukti kebenaran dalam bentuk wahyu yang turun dan membebaskan Aisyah dari tuduhan tersebut melalui surat An Nur ayat 11. 

إِنَّ الَّذِينَ جَاءُوا بِالْإِفْكِ عُصْبَةٌ مِنْكُمْ لَا تَحْسَبُوهُ شَرًّا لَكُمْ بَلْ هُوَ خَيْرٌ لَكُمْ لِكُلِّ امْرِئٍ مِنْهُمْ مَا اكْتَسَبَ مِنَ الْإِثْمِ وَالَّذِي تَوَلَّى كِبْرَهُ مِنْهُمْ لَهُ عَذَابٌ عَظِيمٌ

Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang membawa berita bohong itu adalah dari golongan kamu juga. Janganlah kamu kira bahwa berita bohon itu buruk bagi kamu bahkan ia adalah baik bagi kmau. Tiap-tiap seseorang dari mereka mendapat balasan dari dosa yang dikerjakannya. Dan siapa di anatra mereka yang mengambil bahagian yang terbesar dalam penyiaran berita bohong itu baginya azab yang besar.” (Q.S. An Nur: 11)

Dari kedua sikap yang dipilih oleh Rasulullah sebagai cara Rasulullah menghadapi fitnah dan pilihan sikap Aisyah menghadapi fitnah, banyak hikmah yang bisa diambil. Dalam menghadapi fitnah diam bisa menjadi pilihan yang lebih bijaksana daripada melakukan berbagai penjelasan atau intervensi.

Menghadapi fitnah dengan diam dan tidak bereaksi berlebihan bisa menjadi kebiajak non partisipasi dalam perang kata atau konflik verbal. Tidak bereaksi terhadap fitnah kamu bisa menghindari kondisi yang lebih buruk dan mengurangi kemungkinan eskalasi konflik yang lebih besar.

Dalam konteks ini diam bukan berarti tanda kelemahan, tetapi tindakan yang cerdas untuk mempertahankan kedamaian dan harmoni. Semoga kisah cara Rasulullah menghadapi fitnah kamu bisa lebih bijaksana dalam bertindak untuk menghadapi ujian yang bisa datang kapan saja. Allahu’alam. Semoga bermanfaat. 

Baca Juga: Inilah Cara Menghilangkan Hasad Pada Diri Sendiri

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Kamu harus baca
Chat WhatsApp
WhatsApp