Alfatihah.com – Tokoh ilmuwan Islam pada abad pertengahan mampu menghasilkan begitu banyak penemuan yang terus menjadi pedoman hingga saat ini, khususnya di bidang teknologi dan ilmu pengetahuan. Salah satunya ialah Al-Battani, sang ilmuwan muslim di bidang astronomi.
Al-Battani adalah ilmuwan Irak yang hidup pada tahun 850-923 M . Beliau adalah ahli astronomi terbesar di kalangan orang Arab. Nama lengkapnya Abu Abdullah Muhammad ibn Jabir ibn Sinan al-Raqqa al-Harrani al-Sabiʾ al-Battani. Beliau lahir di Harran dekat Urfa.
Orang Eropa menyebut Al-Battani dengan sebutan Albategnius, beliau merupakan anak dari Jabir Ibn San’an Al-Battani, yang merupakan anak seorang ilmuwan muslim.
Keluarganya merupakan penganut sekte Sabian yang melakukan ritual penyembahan terhadap bintang. Akan tetapi beliau tidak mengikuti jejak keluarga pendahulunya, ia menjadi sosok muslim yang taat beribadah.
Ketertarikannya pada benda-benda yang ada di langit itu terus membuat beliau dengan serius menekuni astronomi. Bahkan, demi mempelajari astronomi Al-Battani terus mempelajari teks-teks kuno karya Ptolemeus. Tak hanya di kalangan umat Islam, karyanya di bidang astronomi juga terkenal di dunia Barat.
Al-Battani merupakan ahli astronomi yang berkat penemuannya, kita saat ini dapat mengetahui bahwa dalam setahun ada 365 hari, 5 jam, 46 menit dan 24 detik (sumber lain menyebut 365,24 hari). Penemuan-penemuan Al-Battani dianggap sebagai penemuan yang akurat. Keakuratan pengamatan yang dilakukan oleh Al-Battani tersebut telah membuat Christopher Clavius seorang matematikawan asal Jerman untuk mengambil rujukan dalam memperbaiki kalender Julian. Kemudian kalender lama akhirnya diubah menjadi kalender yang baru dan mulai pada tahun 1582 kalender tersebut mulai dipergunakan hingga saat ini, atas izin Paus Gregorius XIII.
Melakukan beberapa koreksi atas hasil Ptolemeus dan membuat beberapa tabel baru tentang Matahari dan Bulan. Beliau juga bisa menentukan sudut akurasi gerhana, menetapkan hitungan yang sangat akurat mengenai panjang hitungan tahun dan pembagian musimnya serta peredaran yang pasti untuk Matahari.
Selain itu, Al-Battani juga meluruskan sejumlah pengetahuan mengenai gerakan bulan dan bintang bergerak. Beliau membuat teori baru yang menunjukkan tingkat kecerdasan dan keluasan wawasannya, yang menjelaskan kondisi dimana bulan bisa terlihat, dan memantapkan gerakan rata-rata yang ditemukan oleh Ptolemeus.
Dalam matematika, beliau menemukan hubungan baru dalam trigonometri, dan membuat tabel kotangen, dan membuat beberapa rumus dalam trigonometri bola, menggunakan sinus dan cosinus sebagai ganti hypotenuse yang banyak digunakan oleh orang Yunani. Lalu beliau menyempurnakan definisi bayangan semu dan bayangan inti.
Penemuan hukum segitiga sama sisi yang sempurna pun dinisbatkan kepada Al-Battani. Selain itu beliau juga memecahkan berbagai persoalan hitungan ala Yunani dengan menggunakan cara ilmu ukur untuk mengetahui detail ukurannya.
Hasil yang dicapai olehnya dalam ilmu Astronomi mendapatkan tempat dalam sejarah ilmu pengetahuan. Beliau adalah seorang ahli ilmu astronomi yang brilian tanpa menggunakan peralatan yang canggih yang baru ditemukan pada abad ke-17.
Beliau memiliki karya yang banyak dan populer di masanya. Salah satu karya yang populer tersebut dan menjadi rujukan bagi ilmuwan adalah kitab al-Zij, yang pada abad ke-12 diterjemahkan ke dalam bahasa Latin dengan judul De Scientia Stellarum atau De Motu Stellarum.
Bukunya Al-Zayj berisi hasil-hasil peneropongannya terhadap bintang-bintang tetap. Buku tersebut telah diterjemahkan juga ke dalam bahasa Latin dan bahasa Spanyol. Namun buku-bukunya yang jumlahnya 4 jilid tidak sampai ke tangan kita.
Beliau Wafat pada tahun 929, di Qar al-Jiss (sekarang di Irak) dalam perjalanan pulang dari Bagdad. setelah kematian Al-Battani berabad-abad, maka pemikirannya yang terangkum dalam Kitab al-Zij masih digunakan sebagai pedoman pada zaman Renaisance dan memberikan banyak pengaruh terhadap astronom dan astrolog Barat.