
Alfatihah.com – Ibadah seharusnya menjadi sumber ketenangan dan kebahagiaan bagi setiap muslim. Ketika hati dekat dengan Allah, kita akan merasakan kenikmatan dalam sujud, khusyuk dalam doa, dan damai dalam dzikir. Namun, tak jarang kita merasa ibadah menjadi beban, rutinitas tanpa makna, bahkan terasa hampa. Hal ini bisa jadi tanda nikmat ibadah hilang dari hidup kita. Lalu, apa saja tanda-tanda nikmat ibadah hilang? Bagaimana kita bisa menyadarinya dan memperbaikinya? Simak artikel berikut baik-baik.
Berikut beberapa tanda-tanda nikmat ibadah hilang dari hidupmu, diantaranya:
Salah satu tanda nikmat ibadah hilang yang utama adalah melakukan ibadah karena keterpaksaan, bukan karena cinta kepada Allah. Misalnya, shalat hanya dilakukan karena kewajiban, bukan kebutuhan hati. Padahal, Allah memerintahkan ibadah agar kita mengingat-Nya dan memperkuat hubungan dengan-Nya. Jika kita mulai merasa berat untuk melaksanakan shalat, malas untuk membaca Al-Qur’an, atau enggan berdzikir, ini adalah tanda kita sedang kehilangan rasa manisnya ibadah.
Shalat seharusnya menjadi momen paling intim antara hamba dan Tuhannya. Namun, ketika hati dan pikiran melayang ke mana-mana saat shalat, ini adalah indikasi bahwa kenikmatan spiritualnya mulai memudar. Rasulullah SAW bersabda:
“Yang pertama kali akan diangkat dari umat ini adalah kekhusyukan, hingga engkau tidak akan melihat seorang pun yang khusyuk.” (HR. Thabrani)
Jika kita sering lupa rakaat, terburu-buru, atau tidak merasakan ketenangan setelah shalat, ini saatnya untuk muhasabah diri.
Sebelumnya rajin tahajud, rutin membaca Al-Qur’an setiap hari, tapi kini semua mulai ditinggalkan tanpa rasa bersalah? Itu pertanda hati mulai mengeras. Padahal amal sunnah adalah bentuk cinta kepada Allah, dan tanda bahwa hati masih hidup. Jika tak ada lagi semangat untuk mengejarnya, bisa jadi kita sedang dalam bahaya spiritual.
Ibadah yang diterima Allah seharusnya membentuk pribadi yang lebih baik. Seperti dalam QS. Al-Ankabut ayat 45 menyebutkan bahwa shalat mencegah perbuatan keji dan mungkar. Puasa mendidik kesabaran. Zakat menumbuhkan empati. Namun, jika setelah ibadah kita tetap suka marah, sombong, ghibah, atau dzalim, bisa jadi ibadah kita belum menghadirkan makna. Hal ini juga bisa menjadi indikator hilangnya kenikmatan dan keberkahan ibadah itu sendiri.
Menangis dalam doa, saat membaca ayat tentang neraka atau rahmat Allah, adalah bukti hati yang hidup. Tapi ketika air mata tak lagi mengalir, padahal hati sedang dalam ibadah, mungkin kita telah kehilangan rasa lembut di hati. Jika hati terasa kering, bisa jadi itu pertanda bahwa kita butuh mendekat lebih jauh kepada Allah.
Terdapat beberapa hal yang menyebabkan nikmat ibadah hilang, diantaranya:
Dosa yang terus dilakukan tanpa taubat akan menutup hati dari cahaya.
“Sekali-kali tidak! Bahkan apa yang mereka kerjakan itu telah menutupi hati mereka.” (QS. Al-Mutaffifin: 14)
Ibadah tanpa pemahaman akan kehilangan makna. Membaca Al-Qur’an tanpa tahu artinya akan terasa hampa.
Hati yang terlalu terpaut dengan dunia akan sulit menikmati ibadah.
Bersihkan hati dari dosa agar cahaya iman kembali masuk.
Belajar makna surat-surat pendek, memahami dzikir, dan mentadabburi ayat.
Mulailah dengan amalan ringan seperti sholat dhuha, witir, atau membaca satu halaman Al-Qur’an setiap hari.
Agar bisa mendapatkan nikmat ibadah kembali, maka perlu untuk menghilangkan hati yang keras. Hal tersebut bisa dilakukan dengan perbanyak berdoa kepada Allah SWT agar diberikan kelembutan hati.
Nikmat ibadah hilang dari hidupmu bukan akhir segalanya. Justru itu adalah tanda bahwa kita harus segera kembali kepada Allah. Hati yang sadar adalah hati yang masih hidup. Jangan biarkan waktu berlalu tanpa perbaikan. Semoga Allah melembutkan hati kita, menghidupkan kembali rasa cinta dalam ibadah, dan menjadikan kita hamba yang dekat dengan-Nya.