Perbedaan Bidah dan Maksiat dalam Islam: Jangan Sampai Keliru Memahaminya!

Alfatihah.com – Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering mendengar istilah bidah dan maksiat. Keduanya sama-sama memiliki konotasi negatif, tetapi keduanya memiliki makna yang berbeda. Ada sebagian orang yang menganggap bidah dan maksiat adalah hal yang sama, padahal dalam islam, terdapat perbedaan bidah dan maksiat. Keduanya memiliki perbedaan baik dari segi definisi, hukum, maupun dampaknya. Oleh karena itu, penting untuk memahami perbedaan bidah dan maksiat agar tidak salah dalam menyikapi suatu perbuatan.

Pengertian Bidah

bidah secara bahasa berasal dari kata بِدْعَةٌ (bidah) yang berarti sesuatu yang baru atau sesuatu yang belum pernah ada sebelumnya. Dalam istilah syariat, bidah merujuk pada amalan atau ibadah yang tidak memiliki dasar dalam ajaran Rasulullah SAW dan para sahabat. Segala bentuk tambahan dalam urusan ibadah yang tidak pernah diajarkan oleh Rasulullah SAW termasuk dalam kategori bidah.

Rasulullah SAW bersabda:

“Barang siapa membuat suatu perkara baru dalam urusan (agama) kami ini yang bukan berasal darinya, maka perkara itu tertolak.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Contoh bidah dalam ibadah antara lain menambah bacaan tertentu dalam sholat yang tidak diajarkan oleh Rasulullah SAW, mengkhususkan waktu-waktu tertentu untuk ibadah tertentu tanpa dalil yang jelas, atau mengadakan ritual-ritual baru yang tidak ada dalam ajaran islam.

Namun, sebagian ulama membedakan bidah menjadi dua kategori, yaitu bidah hasanah (baik) dan bidah dholalah (sesat). bidah hasanah adalah inovasi yang tidak bertentangan dengan ajaran islam, seperti penggunaan teknologi dalam dakwah atau pembangunan lembaga pendidikan islam. Sedangkan bidah dholalah adalah segala sesuatu yang menambah atau mengubah ibadah yang telah ditetapkan oleh syariat.

Pengertian Maksiat

Maksiat adalah segala bentuk perbuatan yang melanggar perintah Allah dan melakukan apa yang dilarang-Nya. Maksiat tidak hanya terbatas pada ibadah, tetapi juga mencakup berbagai aspek kehidupan, seperti akhlak, sosial, dan hubungan antar sesama manusia.

Contoh perbuatan maksiat antara lain meninggalkan sholat tanpa alasan yang dibenarkan, berzina, mencuri, meminum minuman keras, berdusta, dan durhaka kepada orang tua. Maksiat bisa dilakukan dengan sengaja atau tidak sengaja, tetapi dampaknya tetap buruk bagi diri sendiri maupun orang lain.

Berbeda dengan bidah yang lebih banyak berkaitan dengan ibadah, maksiat merupakan bentuk pelanggaran terhadap hukum Allah yang dapat merusak kehidupan pribadi dan sosial. Namun, Allah selalu membuka pintu taubat bagi hamba-Nya yang ingin kembali ke jalan yang benar.

Perbedaan Bidah dan Maksiat

Berikut beberapa perbedaan bidah dan maksiat, diantaranya : 

  1. Ruang Lingkup

Salah satu perbedaan utama antara bidah dan maksiat terletak pada ruang lingkupnya. bidah lebih berfokus pada ibadah yang diada-adakan tanpa dasar yang jelas dari ajaran islam. Sementara itu, maksiat mencakup segala bentuk pelanggaran terhadap hukum Allah, baik dalam ibadah, akhlak, maupun hubungan sosial.

  1. Segi Hukum

Perbedaan bidah dan maksiat yang selanjutnya ada pada segi hukumnya. Dari segi hukum, bidah bisa lebih berbahaya dibandingkan maksiat. Hal ini karena bidah sering kali dilakukan dengan anggapan bahwa itu adalah bentuk ibadah yang benar. Seseorang yang melakukan bidah bisa mengira bahwa dirinya sedang beribadah, padahal ia justru sedang melakukan sesuatu yang tidak dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Sedangkan maksiat, meskipun tetap merupakan dosa, pelakunya sering kali menyadari bahwa apa yang dilakukannya adalah salah dan masih memiliki peluang untuk bertaubat.

  1. Dampak 

Perbedaan bidah dan maksiat yang selanjutnya yaitu terdapat pada dampaknya. Dari segi dampak, bidah bisa menyesatkan banyak orang karena sering kali diwariskan turun-temurun dan dianggap sebagai ajaran yang benar. Sementara itu, maksiat lebih sering memberikan dampak buruk secara langsung kepada individu yang melakukannya, baik dalam bentuk kesengsaraan hidup di dunia maupun azab di akhirat.

Contoh konkret perbedaan bidah dan maksiat bisa dilihat dari kasus seseorang yang menambah bacaan tertentu dalam sholat yang tidak ada dasarnya dalam sunnah. Ini adalah bidah karena berkaitan dengan ibadah. Sementara itu, seseorang yang berbohong atau mencuri telah melakukan maksiat karena perbuatannya bertentangan dengan hukum Allah dalam aspek sosial dan moral.

Jadi, itu dia beberapa perbedaan bidah dan maksiat. Jangan sampai salah memahaminya dan menganggap keduanya adalah hal yang sama.

Cara Menghindari bidah dan Maksiat

Untuk menghindari bidah, seorang Muslim harus selalu mengikuti ajaran Rasulullah dan tidak menambah atau mengubah sesuatu dalam ibadah yang sudah ditetapkan dalam syariat. Belajar dari sumber yang terpercaya, seperti Al-Qur’an, Hadits, dan pendapat ulama yang berpegang teguh pada sunnah, akan membantu dalam memahami mana yang benar dan mana yang merupakan bidah.

Sementara itu, untuk menjauhi maksiat, seorang muslim harus menjaga diri dari hal-hal yang bisa menggoda untuk berbuat dosa, seperti pergaulan yang buruk atau kebiasaan yang mendekati perbuatan haram. Banyak berdoa dan meminta perlindungan kepada Allah juga sangat penting agar hati tetap istiqamah di jalan yang benar.

Selain itu, jika seseorang terlanjur melakukan bidah atau maksiat, bertaubat dengan sungguh-sungguh adalah langkah terbaik yang harus dilakukan. Allah Maha Pengampun dan selalu menerima taubat hamba-Nya yang benar-benar ingin kembali kepada-Nya.

Baca Juga : Mengenal Hegra : Salah Satu Tempat yang Dihindari Rasulullah SAW

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You might also like
Chat WhatsApp
Hubungi Kami