Alfatihah.com – Kisah Nabi Zakaria adalah salah satu kisah nabi yang sangat inspiratif, terutama dalam hal kesabaran. Kisah Nabi Zakaria menjadi salah satu kisah Nabi yang mengajarkan kita tentang kesabaran dan keikhlasan hati dalam menghadapi ujian hidup. Salah satu kisah yang paling banyak dikenal adalah kisah Nabi Zakaria yang sangat berharap kepada Allah SWT dan terus meminta kepada Allah untuk diberikan keturunan meski sudah menunggu bertahun-tahun. Bagaimana kisah selengkapnya dari Nabi Zakaria? Berikut kisahnya.
Nabi Zakaria hidup pada zaman Bani Israel dan dikenal sebagai nabi yang sabar serta sangat taat beribadah. Seperti yang diceritakan dalam Al-Qur’an, Nabi Zakaria sudah memasuki usia yang sudah tidak muda, sementara istrinya juga dianggap sudah tak mungkin punya anak. Meski begitu, Nabi Zakaria terus meminta dan berdoa kepada Allah agar diberi keturunan.
Sabar adalah sifat utama yang Nabi Zakaria tunjukkan. Meski usianya sudah tidak muda, Nabi Zakaria tidak pernah berhenti berharap. Ia meyakini bahwa tidak ada yang nggak tidak mungkin jika Allah berkehendak. Inilah yang menjadi inti dari kesabarannya. Sabar bukan berarti hanya menunggu, tapi juga terus berusaha dan berdoa dengan tulus.
Ketika berdoa, Nabi Zakaria nggak hanya meminta sekadar meminta keturunan, tapi ia juga meminta agar anak yang diberikan nanti menjadi penerus yang bisa menjaga agama dan mengikuti jejak ketaatannya. Doanya yang begitu tulus, ikhlas, dan rendah hati, doa tersebut tertulis dalam Q.S Maryam ayat 4-6:
قَالَ رَبِّ اِنِّيْ وَهَنَ الْعَظْمُ مِنِّيْ وَاشْتَعَلَ الرَّأْسُ شَيْبًا وَّلَمْ اَكُنْۢ بِدُعَاۤىِٕكَ رَبِّ شَقِيًّا
Artinya : “Dia (Zakaria) berkata, “Wahai Tuhanku, sesungguhnya tulangku telah lemah, kepalaku telah dipenuhi uban, dan aku tidak pernah kecewa dalam berdoa kepada-Mu, wahai Tuhanku.” (Q.S Maryam Ayat 4)
وَاِنِّيْ خِفْتُ الْمَوَالِيَ مِنْ وَّرَاۤءِيْ وَكَانَتِ امْرَاَتِيْ عَاقِرًا فَهَبْ لِيْ مِنْ لَّدُنْكَ وَلِيًّاۙ
Artinya : “Sesungguhnya aku khawatir terhadap keluargaku sepeninggalku, sedangkan istriku adalah seorang yang mandul. Anugerahilah aku seorang anak dari sisi-Mu.” (Q.S Maryam Ayat 5)
يَّرِثُنِيْ وَيَرِثُ مِنْ اٰلِ يَعْقُوْبَ وَاجْعَلْهُ رَبِّ رَضِيًّا
Artinya : “(Seorang anak) yang akan mewarisi aku dan keluarga Ya‘qub serta jadikanlah dia, wahai Tuhanku, seorang yang diridai.” (Q.S Maryam Ayat 6)
Ayat tersebut menggambarkan kerendahan hati dan kepasrahan Nabi Zakaria. Nabi Zakaria menyampaikan kondisinya dengan jujur, tetapi penuh harapan. Dari ayat ini, kita bisa belajar bahwa doa yang tulus adalah doa yang datang dari hati yang pasrah pada kehendak Allah.
Hingga Allah SWT menjawab doa Nabi Zakaria dengan cara yang penuh keajaiban. Melalui malaikat, Allah SWT mengabarkan bahwa Zakaria akan dikaruniai seorang putra yang kelak diberi nama Yahya. Meski awalnya Nabi Zakaria sempat heran bagaimana bisa hal ini terjadi, karena ia dan istrinya mustahil mendapatkan anak, Allah menegaskan bahwa ketetapan-Nya tidak mengenal batasan usia atau keadaan.
Semua hal bisa terjadi jika Allah SWT sudah berkehendak. Kadang-kadang kita merasa doa kita terlalu berat atau mustahil untuk dikabulkan, tetapi cerita Nabi Zakaria mengingatkan kita bahwa Allah mampu mengabulkan doa kita dengan cara yang nggak kita duga.
Setelah sekian lama menanti, Nabi Zakaria dan istrinya akhirnya dikaruniai seorang putra yang diberi nama Yahya. Nabi Yahya ini tumbuh menjadi sosok yang sangat sholeh dan meneruskan dakwah ayahnya. Ia bahkan dikenal sebagai seorang nabi yang penuh ketaatan dan memiliki rasa belas kasih yang besar pada sesama.
Nabi Yahya memiliki peran besar dalam dakwah Bani Israel dan menjadi simbol dari doa yang penuh kesabaran. Kehadirannya tidak hanya menjadi bukti kekuasaan Allah, tapi juga menunjukkan bahwa keturunan yang baik adalah hasil dari doa yang tulus dan niat yang baik.
Terdapat beberapa hikmah yang bisa kita ambil dari kisah Nabi Zakaria, yaitu sebagai berikut :
Baca Juga : Kisah Nabi Nuh Selamat dari Banjir Bandang