Alfatihah.com – Saat ini, banyak orang khususnya umat Islam yang lupa akan satu akhlak yaitu adab menjaga rahasia. Pada pembahasan kali ini akan mengulas mengenai adab menjaga rahasia dalam Islam.
Adab menjaga rahasia dalam Islam sangatlah penting diterapkan dalam kehidupan. Apalagi di era serba digital ini, yang semuanya seperti tanpa batas ruang untuk mengumbar segala hal.
Sebagai umat muslim yang bijak, hendaknya dapat memahami mana yang perlu dibagikan dan mana yang tidak. Dari sini, adab menjaga rahasia perlu diperhatikan dan dipraktikkan dengan sesuai.
Agama Islam mengajarkan akhlak-akhlak yang indah, termasuk dalam adab menjaga rahasia. Rahasia atau informasi yang mempunyai izin, harus disembunyikan dengan rapat kecuali telah diberikan izin untuk membagikan kepada yang lain dari pemilik informasi tersebut.
Rahasia harus dijaga, entah rahasia milik pribadi maupun orang lain. Karena rahasia merupakan hal yang seharusnya tidak diceritakan pada khalayak ataupun banyak orang.
Adab menjaga rahasia tak hanya sekedar tanggung jawab, namun juga sebuah kewajiban yang harus dijaga untuk tetap menjaga suatu perasaan, hubungan, dan kepercayaan. Ingatlah bahwa setiap yang ingkar dengan janjinya, tergolong dengan orang yang munafik. Seperti dalam hadist riwayat Muslim, yaitu:
مِنْ عَلاَمَاتِ الْمُنَافِقِ ثَلاَثَةٌ إِذَا حَدَّثَ كَذَبَ وَإِذَا وَعَدَ أَخْلَفَ وَإِذَا ائْتُمِنَ خَانَ
Artinya: “Di antara tanda munafik ada tiga: jika berbicara, berdusta; jika berjanji, tidak menepati; jika diberi amanat berkhianat.” (H.R Muslim).
Oleh karenanya, penting menjaga adab dalam menyimpan rahasia. Seperti firman Allah SWT dalam QS. Al Isra’ ayat 34, yang berbunyi:
وَأَوْفُوا بِالْعَهْدِ إنَّ الْعَهْدَ كَانَ مَسْؤُولاً
Artinya: “Dan penuhilah janji, karena sesungguhnya janji itu akan ditanyakan.” (QS. Al Isra’: 34)
Dalam ayat diatas menjelaskan bahwa sebuah janji yang telah diikrarkan, harus dipenuhi karena kelak di hari perhitungan akan ditanyakan atau dipertanggungjawabkan. Menjaga rahasia juga merupakan sebuah janji atau amanah yang harus dipenuhi.
Dalam dalil lainnya juga membahas tentang adab menjaga rahasia, yaitu seperti sabda Nabi SAW yang diriwayatkan oleh Abu Sa’id al-Khudry, yaitu:
إِنَّ مِنْ أَشَرِّ النَّاسِ عِنْدَ اللهِ مَنْزِلَةً يَوْمَ الْقِيَامَةِ، الرَّجُلَ يُفْضِي إِلَى امْرَأَتِهِ، وَتُفْضِي إِلَيْهِ، ثُمَّ يَنْشُرُ سِرَّهَا
Artinya: “Sesungguhnya di antara manusia yang paling buruk posisinya pada hari kiamat di sisi Allah adalah suami yang menggauli istrinya dan istri yang menggauli suaminya kemudian menyebarkan rahasianya.” (HR. Muslim)
Pada hadist diatas menyebutkan, bahwa penting juga untuk yang telah menjadi pasangan suami istri untuk mempunyai adab menjaga rahasia ketika menggauli pasangannya. Hal tersebut merupakan rahasia atau aib yang tidak boleh disebarluaskan karena bersifat privasi.
Berikut, ada salah satu contoh kisah teladan dari Sayyidina Abu Bakar Ash Shiddiq. Berikut kisah beliau dalam adab menjaga rahasia.
Adab menjaga rahasia ternyata telah ada sejak ratusan tahun silam, yaitu dialami oleh Sayyidina Abu Bakar. Dalam kisahnya, Abu Bakar telah menjaga rahasia Rasulullah SAW.
Dikisahkan bahwa Hafsah yang merupakan putri dari Umar bin Khattab telah ditinggal suaminya meninggal dunia. Kemudian, Sayyidina Umar berniat untuk menjodohkannya kepada Utsman bin Affan yang juga telah ditinggal istrinya.
Umar segera bergegas ke rumah Utsman dan menawarinya secara terang-terangan. “Hai Utsman, aku ingin menikahkan putriku Hafsah dengan dirimu,” terang Umar.
Namun, Utsman bin Affan dengan cara halus menolak keinginan Umar. “Aku tidak punya hajat untuk menikahinya,” kata Utsman penuh dengan kehati-hatian.
Sayyidina Umar tidak berputus asa, kemudian ia berusaha dan bergegas mendatangi Sayyidina Abu Bakar dengan tujuan yang sama. “Hai Abu Bakar, aku ingin menikahkan putriku Hafsah dengan dirimu,” terang Umar.
Abu Bakar tidak menanggapi keinginan Umar, dia hanya diam dan tidak menjawab satu kata pun. Abu Bakar tidak menolak dan tidak menerima. Umar pun kecewa dengan sikap Abu Bakar tersebut.
Namun, setelah beberapa hari kemudian Hafsah putri Umar bin Khattab tersebut menikah dengan Rasulullah SAW. Ketika pernikahan di antara keduanya telah usai, barulah Abu Bakar mendatangi Umar untuk menjelaskan sikap diamnya tersebut.
“Wahai Umar, aku mengira hatimu memendam sesuatu tentangku setelah aku diam tak menjawab ucapanmu kala itu,” selidik Abu Bakar.
“Ya, hatiku merasakan kecewa. Utsman telah menjawabnya, aku tidak begitu kecewa kepadanya,” jawab Umar.
“Aku diam dan tak menjawab tawaran mu untuk menikahi Hafsah karena suatu alasan. Rasulullah SAW telah mengabari dan berbicara denganku diam-diam bahwa beliau ingin menikahi putrimu Hafsah. Aku sebenarnya tak menolak untuk menikah dengannya, tetapi hal itu tidak diperbolehkan,” jelas Abu Bakar.
“Jika aku menjawabmu kala itu dengan keengganan, maka aku akan khawatir ditanyakan sebabnya. Lalu, jika aku memberitahu rahasia Rasulullah SAW yang telah tertarik kepada Hafsah, maka aku berarti telah menghianatinya dan bisa menjadi sebab Rasulullah SAW enggan menikahi putrimu karena rahasianya telah diketahui. Inilah alasan aku tak bisa menjawab apapun kepadamu kala itu, dan aku hanya bisa diam dan menjaga rahasia,” lanjut Abu Bakar.
Itulah contoh kisah Sayyidina Abu Bakar Ash Shiddiq dalam adab menjaga rahasia Rasulullah SAW yang dapat dijadikan teladan bagi semuanya, khususnya umat muslim. Kisah ini dapat dilihat dan dibaca di dalam kitab karangan Syekh Nawawi Banten yaitu yang berjudul Al-Futuhat Al-Madaniyah.
Baca Juga: Ini Dia 8 Jalan Menghindari Ghibah