Alfatihah.com – Beberapa bulan terakhir ini nilai tukar rupiah terus melemah, ditambah dengan angka kemiskinan yang terus meningkat. Hal ini memberikan dampak pada kondisi perekonomian yang dapat menyebabkan inflasi yang akan berpengaruh pada nisab zakat. Lalu, apa pengaruh inflasi terhadap nisab zakat? Yuk, simak artikel berikut!
Kenaikan inflasi di Indonesia meningkat karena beberapa faktor, seperti melemahnya nilai tukar rupiah, meningkatnya angka kemiskinan, banyaknya pengangguran dan masih banyak lagi. Sedangkan yang memengaruhi jumlah nisab zakat adalah nilai jual beli emas yang dipengaruhi juga oleh nilai tukar atau kurs. Akibatnya muncul dampak pengaruh inflasi terhadap nisab zakat.
Pengaruh inflasi terhadap nisab zakat memberikan efek pada jumlah harta yang dapat dikeluarkan oleh muzakki. Namun, sebagai umat Islam kita mempunyai kewajiban menunaikan zakat sesuai dengan yang telah disyariatkan ditengah dampak pengaruh inflasi terhadap nisab zakat.
Inflasi adalah kenaikan harga secara umum, atau bisa disebut sebagai penurunan daya beli uang. Semakin tinggi kenaikan harga maka semakin menurunkan nilai uang. Ukuran inflasi yang paling banyak digunakan adalah Consumer Price Indeks atau Cost of Living Indeks. Indeks ini berdasarkan pada harga dari satu paket barang yang dipilih dan mewakili pola pengeluaran.
terdapat hubungan yang signifikan dan positif antara inflasi dengan tingkat kemiskinan. Pada dasarnya inflasi merupakan suatu keadaan dimana terdapat kenaikan harga secara umum dan terus menerus yang mengakibatkan nilai mata uang turun.
Nisab adalah batas minimal jumlah kekayaan yang dimiliki oleh muslim dan diwajibkan untuk membayar zakat. Apabila seorang muslim memiliki harta dan telah mencapai nisab, maka diwajibkan untuknya membayar zakat atas harta tersebut.
Sedangkan untuk ketentuan batas minimal nisab sesuai dengan jenis harta yang dimiliki, mulai dari hasil panen, perdagangan, hasil ternak, pertambangan, hasil laut, harta temuan, hingga emas dan perak. Masing-masing jenis harta mempunyai nisab yang berbeda dan tidak bisa disamaratakan.
Kewajiban membayar zakat menjadi salah satu contoh praktek keagamaan yang dikenal dalam kehidupan masyarakat dan wajib dilakukan. Ketika masyarakat lebih mementingkan untuk memenuhi kebutuhan pokoknya terlebih dahulu, karena tingginya inflasi dan kenaikan harga barang. Akibatnya penghasilan masyarakat tersedot untuk memenuhi kebutuhan pokok.
Selain itu, kenaikan inflasi juga berdampak pada jumlah penghasilan yang akan didapat oleh masyarakat. Akibatnya daya beli masyarakat menurun yang akan berdampak pada kenaikan harga barang. Hal ini menyebabkan orang yang tadinya mampu untuk membayar zakat, menjadi orang yang tidak mampu membayar zakat, bahkan sebagian besar masyarakat menjadi orang yang berhak menerima zakat.
Tak hanya itu, nilai jual emas pun juga ikut menurun, karena adanya inflasi. Padahal emas dijadikan patokan utama dalam perhitungan nisab zakat. Jika nilai jual emas menurun, maka semakin banyak jumlah harta yang wajib dizakati untuk mencapai nisab. Hal ini berdampak pada jumlah penerima zakat, dimana angka kemiskinan terus meningkat.
Baca Juga: 6 Golongan Orang yang Tidak Berhak Menerima Zakat!