Gua Hira, Tempat Nabi Menerima Wahyu Pertama Kali

Alfatihah.com – Al-quran adalah wahyu mulia yang Allah turunkan kepada Nabi Muhammad melalui perantara malaikat jibril. Wahyu ini diturunkan pertama kali di Gua Hira pada 17 Ramadhan. Bagaimana peristiwa nabi menerima wahyu pertama kali? Simak artikel berikut untuk penjelasan lengkapnya!

Sejarah Nabi Menerima Wahyu Pertama Kali di Gua Hira

Gua Hira atau biasa disebut dengan Jabal Nur terletak di sebelah timur laut Masjidil Haram, jaraknya sekitar 4 km dari Masjidil Haram, yang berada di jalur jalan Thaif (Sael). Puncak Gua Hira memiliki bentuk mirip seperti punuk unta, dengan luas 5 km². 

Gua Hira menjadi tempat Nabi Muhammad menyendiri sebelum beliau diangkat menjadi seorang nabi. Gua ini diberi nama Jabal Nur karena menjadi tempat nabi menyendiri saat beribadah sehingga memancarkan nur atau cahaya nubuwwah.

Di dalam gua ini Nabi Muhammad menerima wahyu pertama, yaitu surat Al-alaq ayat 1-5 yang disampaikan oleh malaikat Jibril. Di dalam Gua Hira juga Nabi Muhammad bertemu dengan Malaikat Jibril untuk pertama kalinya.

Kisah turunnya wahyu pertama tersebut diriwayatkan Bukhari dan Muslim dari Aisyah RA, ia berkata,

“Turunnya wahyu pertama yang diterima oleh Rasulullah SAW dalam bentuk mimpi ketika waktu beliau tidur. Biasanya mimpi itu terlihat jelas oleh beliau, seperti jelasnya cuaca pagi. Semenjak saat itu hati beliau tertarik untuk mengasingkan diri (khalwat) ke Gua Hira. Dan di situ beliau beribadah selama beberapa malam, dan tidak pulang ke rumah istrinya Khadijah RA. Kemudian beliau membawa perbekalan yang cukup. Setelah perbekalannya habis, beliau kembali kepada Khadijah, untuk mengambil lagi perbekalan secukupnya. Lalu beliau kembali ke Gua Hira, pada suatu ketika datang kepadanya kebenaran (wahyu), yaitu sewaktu beliau masih berada di Gua Hira.

Malaikat Jibril datang kepadanya, lalu berkata: “Bacalah”

Nabi menjawab: “Aku tidak bisa membaca”

Nabi menceritakan maka aku ditarik dan dipeluknya hingga aku kepayahan. Lalu aku dilepaskannya dan diminta untuk membaca. Malaikat Jibril berkata: “Bacalah”

Aku menjawab: “Aku tidak bisa membaca.”

Lalu aku dilepaskannya dan diminta untuk membaca. Malaikat Jibril berkata: “Bacalah”

Aku menjawab: “Aku tidak bisa membaca.”

Maka aku ditarik dan dipeluknya lagi untuk ketiga kali. Kemudian aku dilepaskannya sambil dia berkata:

اِقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِيْ خَلَقَۚ خَلَقَ الْاِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍۚ اِقْرَأْ وَرَبُّكَ الْاَكْرَمُۙ الَّذِيْ عَلَّمَ بِالْقَلَمِۙ عَلَّمَ الْاِنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْۗ

Artinya: “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan! Dia menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah! Tuhanmulah Yang Maha Mulia, yang mengajar (manusia) dengan pena. Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya.” (QS Al-Alaq 1-5)

Setelah wahyu pertama turun, kemudian dengan melalui proses rangkaian yang panjang Nabi Muhammad SAW menjadi nabi dan rasul sampai Isra dan Mi’raj.

Saat menerima wahyu tersebut diriwayatkan bahwa ketakutan nabi semakin tebal, karena takut jika yang menemuinya di dalam Gua Hira adalah sebangsa jin. Hal itu terjadi karena Allah berkehendak ada perbedaan antara kepribadian nabi sebelum dan sesudah diangkat menjadi nabi.

Baca Juga: Haji Wada, Haji Pertama dan Terakhir dalam Hidup Nabi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Kamu harus baca
Chat WhatsApp
WhatsApp