Alfatihah.com – Banyak generasi muslim yang belum mengenal Umar Khayyam. Sosok ilmuwan cerdas dalam peradaban Islam zaman dahulu ini terkenal dengan syairnya. Keindahan syairnya telah menjadikan syair-syairnya diakui oleh sastra dunia dan telah dialihbahasakan ke banyak bahasa. Lalu, bagaimana kisah hidup Umar Khayyam sang penyair dari zaman keemasan Islam? Simak ulasannya berikut ini!
Mengenal Umar Khayyam sang penyair tak lengkap jika tidak memahami bagaimana kisha hidupnya dari kecil hingga syair-syairnya dikenal oleh warga dunia. Umar memiliki nama lengkap Ghiyatsuddin Abulfatah Umar bin Ibrahim Khayyami Nisyaburi. Ada riwayat lain yang juga menyebutkan bahwa nama asli Umar adalah Abu Al Fath Ghiyats Ad Din Umar Bin Ibrahim Al Khayyam An Naisaburi dan akrab disapa Al Khayyam. Beliau lahir pada 18 Mei tahun 1048 Masehi di Naisabur, Iran.
Umar adalah seorang polimatik, matematikawan, astronom, filsuf, dan penyair Persia. Ia hidup sezaman dengan pemerintahan Seljuk sekitar masa perang Salib Pertama. Kedekatannya dengan penguasa pada masa itu menjadikannya sangat dihormati. Tapi, bukan sekadar kedekatan yang Umar miliki, tetapi juga keilmuannya yang mencakup lintas disiplin ilmu.
Mengenal Umar Khayyam sang penyair artinya mengetahui juga bahwa dia adalah seseorang yang sangat paham dan ahli dalam berbagai bidang pengetahuan. Pemahamannya akan matematika membuatnya mampu menuliskan karya dengan temuan klasifikasi dan solusi persamaan kubik, dimana dia memberikan solusi geomtris dengan perpotongan kerucut. Umar juga memiliki peran dalam pemahaman aksioma paralel.
Sejumlah buku yang ia tulis tentang matematika diantaranya yang paling terkenal adalah risalah paling penting pada aljabar yang ia tulis sebelum zaman modern. Judul buku tersebut adalah Treatise on Demonstration of Problem of Algebra yang terkenal dan telah dialihbahasakan. Dalam buku tersebut Umar membahas masalah-masalah seperti persamaan kuadrat, persamaan kubik, dan teori bilangan yang mencakup metode geometri untuk memecahkan persamaan kubik dengan silang-menyilang hiperbola dengan lingkaran.
Umar Khayyam sang penyair juga merupakan orang pertama yang mengklasifikasikan persamaan tingkat satu (persamaan) dan memikirkan pemecahan masalah persamaan pangkat tiga secara ilmiah. Tak hanya pandai dalam bidang matematika, Umar juga seorang astronom yang memiliki kontribusi pada zaman dimana ia hidup. Pada tahun 1073 Sultan Jalaludin Maliksyah mengundang Umar untuk membangun dan bekerja pada sebuah observatorium bersama dengan sejumlah ilmuwan. Umar Khayyam pun menyetujuinya dan memberikan kontribusinya untuk memperbaharui kalender Jalali yang digunakan pada masa itu.
Umar kemudian memberikan koreksi yang mendalam dalam kalender Jalali sebelumnya hingga mengukur lamanya satu tahun sebagai 365,24219858156 hari. Sejak saat itu telah ditemukan bahwa perubahan angka di desimal ke-6 selama masa hidup seseorang. Untuk perbandingan keakuratan Umar, panjang satu tahun pada akhir abad ke-19 adalah 365,242196 hari dan hari ini adalah 265,242190. Akhirnya, perannya dalam observatorium itu bersama ilmuan lainnya melahirkan kalender Jalali yang lebih akurat pada 15 Maret 1079, daripada kalender Gregorian yang digunakan pada masa itu.
Banyak karya Umar Khayyam sang penyair dari zaman keemasan Islam. Di bidang sastra beliau menulis sebuah puisi yang menggambarkan cerita kisah hidupnya dan puisi tersebut dimuat dalam karyanya yang berjudul Rubaiyat. Karyanya yang paling terkenal tersebut menjadikan ciri khas puisi empat baris atau rubaiyat identik dengan Umar Khayyam. Rubaiyat Umar Khayyam diterjemahkan dalam bahasa Inggris oleh Edward Fitzgerald pada abad ke-19 dan menjadi karya dari peradaban Islam yang paling populer di Barat.
Sejumlah sumber menyebutkan bahwa Umar Khayyam sang penyair telah menulis sekitar 400 baris. Dari karyanya Rubaiyat atau puisi 4 baris itu, ternyata masih banyak karyanya yang wajib diketahui untuk mengenal Umar Khayyam lebih dalam lagi. Berikut ini adalah karya Umar Khayyam yang harus kamu tahu
Dalam Rubaiyat Umar Khayyam banyak syair 4 barisnya (kuatren) yang menunjukkan kedalaman berpikir si penulis yang gelisah oleh pertanyaan realitas dan kekekalan, ketidakkekalan dan ketidakpastian hidup, hingga hubungan manusia dengan Tuhan. Sebuah kuatren Umar Khayyam yang telah diterjemahkan oleh Fitzgerald berikut ini akan menunjukkan cara pandang Umar Khayyam pada masa itu.
“Dan, ketika ayam berkokok, kepada mereka yang terjaga sebelumnya
Sang kedai minuman berteriak – “Buka, kalau begitu, pintunya!”
Engkau tahu, betapa sebentarnya sementara kita harus tinggal,
Dan, sekali pergi, mungkin tidak akan kembali lagi.”
(Syair Nomor 3)
“Sebuah kitab suci di bawah Dahan,
Sebotol Anggur, Sepotong Roti – dan Engkau
Di sampingku bernyayi di keliaran alam bebas
Wahai keliaran alam bebas, adalah surga sekarang!”
(Syair Nomor 12)
“Beberapa (mengharap) untuk Kemuliaan Dunia Ini; dan beberapa
Mendesah untuk Surga Sang Nabi, yang akan datang;
Ah, ambillah Uang Tunainya, dan bebaskanlah tagihannya,
Juga tidak perlu mengindahkan gemuruh Gendang di kejauhan!”
(Syair Nomor 13)
“Ah, Kekasihku, isilah Gelas yang kosong ini
Hari ini adalah Penyesalan masa lalu dan Ketakutan akan masa depan:
Esok! – Mengapa, Esok aku mungkin
Diriku dengan Tujuh Ribu Tahun yang Lalu.”
(Syair Nomor 22)
Itu dia ulasan mengenai mengenal Umar Khayyam sang penyair yang perlu kamu pahami bahwa banyak ilmuan muslim pada zaman keemasan Islam yang memiliki banyak kontribusi. Baik kontribusi dalam bidang keilmuan dunia (Fisika, Matematika, Kimia, dsb) maupun akhirat (Hadis, Fikih, Alquran, dsb) dan mampu menguasai berbagai bidang keilmuan sehingga mampu memadukan keduanya untuk membuktikan keesaan Allah. Subhanallah.
Baca Juga: Kisah Hidup Mosab Abu Toha Penyair dari Palestina yang Debutnya Mendunia