Haji Wada, Haji Pertama dan Terakhir dalam Hidup Nabi

Alfatihah.com – Ibadah haji menjadi salah satu rukun islam yang wajib untuk dilakukan, perintah haji sudah ada sejak kepemimpinan nabi ibrahim. Nabi Muhammad melaksankan haji sekali dalam hidupnya atau biasa kita sebut dengan haji wada. Menjadi salah satu peristiwa haji yang sangat berarti bagi umat islam. Apa itu haji wada? Yuk, simak artikel di bawah ini!

Peristiwa Haji Wada

Ibadah Haji adalah salah satu rukun Islam yang wajib dilakukan oleh umat Islam minimal sekali dalam seumur hidup bagi mereka yang mampu baik secara fisik, finansial maupun waktu. Peristiwa haji wada menjadi sejarah terakhir sebelum nabi wafat, dan peristiwa ini dikenal sebagai haji perpisahan.

Semasa hidup Rasulullah hanya melaksanakan haji sekali, itu pun menjadi haji pertama sekaligus terakhir dalam hidup beliau. Haji wada adalah peristiwa haji dan umrah yang dilakukan oleh nabi selama hidupnya.

Setelah kemenangan Islam dalam menghadapi musuh, Islam mengalami kemajuan dalam perkembangannya. Beruntungnya kemenangan tersebut dapat dirasakan oleh Rasulullah, meskipun setelahnya nabi meninggalkan umat Islam untuk selama-lamanya.

Mendengar kabar haji Nabi umat Islam saat itu berbondong-bondong ke makkah untuk ikut melaksanakan haji bersama Rasulullah. Menurut riwayat jamaah haji pada tahun itu mencapai 100.000 orang lebih.

Sejarah haji wada banyak dihubungkan dengan wafatnya Rasulullah karena peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam haji wada juga beberapa kejanggalan dialami oleh para sahabat. Haji tersebut diibaratkan sebagai haji perpisahan nabi dengan para sahabat dan umat islam saat itu. 

Perjalanan haji yang ditempuh oleh Rasulullah dari Madinah menuju Makkah sekitar delapan hari. Sesampainya di Makkah, nabi melaksanakan haji dan menunjukkan tata cara haji kepada umat Islam dan sunnah-sunnahnya.

Setelah sampai di padang Arafah nabi berkhutbah di tengah-tengah kerumunan umat muslim. Khutbah tersebut disampaikan tepat pada tanggal 9 Dzulhijjah yang samapai saat ini dikenal hari Arafah.

Setelah beliau berkhutbah, Allah Ta’ala menurunkan ayat:

اليَومَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الإِسْلاَمَ دِينًا

“…Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu…” (QS. Al-Maidah: 3).

Pada saat turun ayat tersebut, Umar bin Khattab pun menangis. Lalu ditanyakan kepadanya, “Apa yang menyebabkan kamu menangis?”

Umar menjawab, “Sesungguhnya tidak ada setelah kesempurnaan kecuali kekurangan.”

Dari ayat tersebut, Umar merasakan bahwa ajal Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah dekat. Apabila syariat telah sempurna, amak wahyu pun akan terputus. Jika wahyu telah terputus, maka tiba saatnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kembali ke haribaan Rabnya Jalla wa ‘Ala. Dan itulah kekurangan yang dimaksud Umar, yakni kehilangan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Karena menjadi salah satu peristiwa besar yang bersejarah bagi umat Islam, ritual dalam haji wada menjadi panutan umat islam dalam melaksanakan ibadah haji hingga saat ini. 

Baca Juga: Makna Mendalam Ibadah Haji, Bukan Sekedar Perjalanan Menuju Tanah Suci

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Kamu harus baca
Chat WhatsApp
WhatsApp