
Alfatihah.com – Menjadi seorang pemimpin bukanlah hal yang mudah, terlebih jika luas wilayah dan jumlah penduduk yang dipimpin semakin banyak. Seorang pemimpin selain bertugas untuk memakmurkan rakyatnya di dunia dan membimbing rakyatnya ke jalan yang benar. Apabila seorang pemimpin tidak menjalankan amanah kepemimpinannya dengan baik, maka ia akan dimintai pertanggungjawaban terkait kepemimpinannya di akhirat kelak. Berikut kriteria pemimpin ideal dalam islam yang bisa dijadikan acuan dalam memilih seorang pemimpin.
Kriteria pemimpin ideal dalam islam yang pertama adalah tidak meminta jabatan, artinya pemimpin tersebut tidak mengajukan dirinya sebagai pemimpin sedari awal. Pemimpin ideal satu ini tidak memiliki ambisi pada kekuasaan, namun jika mendapatkan amanah untuk memimpin maka akan menjalankan tugasnya sebaik mungkin. Hal ini sebagaimana tersekam dalam hadits riwayat Bukhari:
عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ سَمُرَةَ قَالَ قَالَ لِي النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَا عَبْدَ الرَّحْمَنِ بْنَ سَمُرَةَ لَا تَسْأَلْ الْإِمَارَةَ فَإِنَّكَ إِنْ أُعْطِيتَهَا عَنْ مَسْأَلَةٍ وُكِلْتَ إِلَيْهَا وَإِنْ أُعْطِيتَهَا عَنْ غَيْرِ مَسْأَلَةٍ أُعِنْتَ عَلَيْهَا وَإِذَا حَلَفْتَ عَلَى يَمِينٍ فَرَأَيْتَ غَيْرَهَا خَيْرًا مِنْهَا فَكَفِّرْ عَنْ يَمِينِكَ وَأْتِ الَّذِي هُوَ خَيْرٌ
Artinya: “Dari Abdurrahman bin Samurah, beliau mengatakan, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berkata kepadaku: “Wahai Abdurrahman bin Samurah, janganlah kamu meminta jabatan, sebab jika kamu diberi jabatan dengan tanpa meminta, maka kamu akan ditolong, dan jika kamu diberinya karena meminta, maka kamu akan ditelantarkan, dan jika kamu bersumpah, lantas kamu lihat ada suatu yang lebih baik, maka bayarlah kafarat sumpahmu dan lakukanlah yang lebih baik.” (Hadits riwayat Imam al-Bukhari).
Kriteria pemimpin ideal dalam islam salah satunya adalah harus memiliki sifat amanah. Sifat amanah sendiri merupakan sifat yang wajib dimiliki oleh seorang pemimpin, maksud dari amanah adalah terpercaya disertai dengan tanggung jawab. Mengutip dari laman Nu Online, seorang pemimpin yang memiliki sifat amanah dan bertanggung jawab bisa mengambil keputusan yang tepat saat terjadi masalah di tengah-tengah kepemimpinannya. Rasulullah Saw Bersabda:
فَإِذَا ضُيِّعَتْ الْأَمَانَةُ فَانْتَظِرْ السَّاعَةَ، قَالَ: كَيْفَ إِضَاعَتُهَا؟ قَالَ: إِذَا وُسِّدَ الْأَمْرُ إِلَى غَيْرِ أَهْلِهِ فَانْتَظَرْ السَّاعَةَ. رَوَاهُ الْبُخَارِيُّ
Artinya: “Apabila sifat Amanah sudah hilang, maka tunggulah terjadinya kiamat”. Orang itu bertanya, “Bagaimana hilangnya amanah itu?” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Jika urusan diserahkan bukan kepada ahlinya, maka tunggulah terjadinya kiamat”. (Hadis riwayat Imam al-Bukhari).
Kriteria pemimpin ideal dalam islam selanjutnya adalah memiliki keahlian dalam memimpin, khususnya keahlian dalam mengelola sebuah negara, sistem birokrasi dan tata negara. Keahlian dalam memimpin sebuah negara akan berdampak pada kestabilan di bidang keamanan, ekonomi, politik, pendidikan kesehatan, dan sejumlah bidang-bidang lain.
إن الأئمة ائتمنهم الله على عباده وفرض عليهم النصح، وإذا قلدوا الأمر لغير أهل الدين فقد ضيعوا الأمانات، وفيه: أن الساعة لا تقوم حتى يؤتمن الخائن، وهذا إنما يكون إذا غلب الجهّال وضعف أهل الحق عن القيام به
Artinya: “Para pemimpin telah diamanahi oleh Allah kepada hamba-hamba-Nya, dan Allah telah mewajibkan para pemimpin untuk membimbing, jika mereka mempercayakan urusan itu kepada orang lain selain ahli agama, maka mereka telah kehilangan amanah tersebut. Kemudian, Hari Kiamat tidak akan tiba sampai orang yang curang itu diberi amanah, dan ini hanya akan terjadi jika orang-orang bodoh mendominasi dan orang-orang yang benar lemah dalam memegang dan memperjuangkan kepemimpinan.” (Muhammad ibn Ahmad al-Qasthallani, Irsyad al-Sari li syarh Shahih al-Bukhari, Mesir: al-Mathba’ah al-Kubra al-Amiriyah, 1323, juz 1 halaman 155)
Kriteria pemimpin ideal dalam islam yang terakhir adalah dicintai dan mencintai rakyatnya, karena pemimpin yang mencintai dan dicintai rakyat akan saling mendoakan dengan doa yang baik-baik, dan memerintah sesuai syariat Allah Swt. Adapun jika pemimpin membenci dan dibenci rakyatnya maka akan timbul huru-hara di tengah kepemimpinan tersebut. Rasulullah Saw bersabda dalam hadits riwayat Muslim:
خِيارُ أئِمَّتِكُمُ الَّذِينَ تُحِبُّونَهُمْ ويُحِبُّونَكُمْ، ويُصَلُّونَ علَيْكُم وتُصَلُّونَ عليهم، وشِرارُ أئِمَّتِكُمُ الَّذِينَ تُبْغِضُونَهُمْ ويُبْغِضُونَكُمْ، وتَلْعَنُونَهُمْ ويَلْعَنُونَكُمْ
Artinya: “Sebaik-baik pemimpin kalian adalah orang-orang yang kalian cintai dan mencintai kalian, kalian mendoakan mereka dan mereka pun mendoakan kalian. Dan seburuk-buruk pemimpin kalian adalah orang-orang yang kalian benci dan membenci kalian, kalian melaknat mereka dan mereka pun melaknat kalian.” (Hadis riwayat Imam Muslim).
Baca Juga : Peran Wanita dalam Agama Islam