3 Faktor Utama Kehancuran Kekaisaran Bizantium

Alfatihah.com – Mungkin banyak di antara kita yang sudah tidak asing dengan sejarah penaklukan Konstantinopel, namun dibalik itu tak banyak dari kita yang belum mengetahui tentang sejarah kehancuran kekaisaran Bizantium. Apa faktor yang menyebabkan kehancuran kekaisaran Bizantium??

yukk, simak artikel berikut ini!

Kekaisaran Bizantium

Kekaisaran Bizantium adalah negara Kristen Ortodoks dengan bahasa Yunani sebagai bahasa resmi. Kekaisaran Bizantium mengembangkan sistem politik, praktik keagamaan, seni, dan arsitektur mereka sendiri. Semua ini sangat dipengaruhi oleh tradisi budaya Yunani-Romawi tetapi juga berbeda, bukan sekadar kelanjutan dari Kekaisaran Romawi kuno.

Kekaisaran Bizantium adalah kekuatan abad pertengahan yang paling lama bertahan, dan pengaruhnya berlanjut hingga saat ini. Terutama dalam agama, seni, arsitektur, dan hukum di banyak negara Barat, Eropa Timur dan Tengah, serta Rusia.

Kekaisaran Bizantium jatuh setelah Konstantinopel direbut oleh Kesultanan Utsmaniyah pada tahun 1453. Penaklukan ini mengakhiri lebih dari seribu tahun kekuasaan Bizantium dan menandai akhir dari Kekaisaran Romawi Timur. Faktor-faktor seperti pelemahan internal, perang dengan negara-negara lain, dan penaklukan oleh bangsa Turki memainkan peran dalam jatuhnya kekuasaan Bizantium.

Faktor Kehancuran Kekaisaran Bizantium

Kehancuran kekaisaran Bizantium timbul karena adanya beberapa faktor, berikut 3 faktor yang paling berpengaruh dalam kehancuran kekaisaran Bizantium.

  1. Akibat aksi militer yang terjadi terus-menerus, Kekaisaran ini terus-menerus berperang dengan tetangganya sepanjang abad dari tahun 532 hingga 628, ketika Kekaisaran Islam mulai menaklukkan wilayah Bizantium. Perang terakhir dan paling menghancurkan, sebelum kemundurannya di tangan bangsa Arab Islam, terjadi pada perang Bizantium-Sasaniyah pada tahun 602-628. Meskipun pasukan Bizantium akhirnya menang dalam perang ini, kedua belah pihak kehabisan sumber daya finansial dan manusia. Perbendaharaan Bizantium telah habis, dan mereka hanya memiliki sedikit tenaga kerja di pasukan Bizantium. Hal ini membuat Kekaisaran rentan terhadap serangan.
  2. Kepemimpinan yang lemah, Kematian Kaisar Bizantium Justinian I pada tahun 565 menjerumuskan Kekaisaran ke dalam krisis kepemimpinan. Kekaisaran Bizantium akhirnya dijalankan oleh beberapa penguasa yang lemah dan tidak populer, termasuk Maurice, yang terbunuh dalam pemberontakan pada tahun 602. Phocas, pemimpin pemberontakan ini, menjadi Kaisar Bizantium yang baru. Namun, ia memiliki reputasi sebagai seorang tiran dan menghadapi banyak rencana pembunuhan. Hanya ketika Heraclius menjadi Kaisar Bizantium pada tahun 610 barulah Kekaisaran kembali stabil, namun kerusakan telah terjadi. Kekaisaran kehilangan wilayah yang signifikan selama periode kekacauan ini, termasuk Balkan, Italia Utara, dan Levant .
  3. Wabah Hitam menyebar ke seluruh Kekaisaran pada tahun 540an , memusnahkan populasi Bizantium. Peristiwa ini dikenal sebagai Wabah Yustinianus . Hal ini memusnahkan sebagian besar populasi petani Kekaisaran dan hanya menyisakan sedikit tenaga kerja untuk melakukan aksi militer. Beberapa sejarawan percaya bahwa sebanyak 60% penduduk Eropa meninggal selama wabah ini, dan Jeffrey Ryan berpendapat bahwa 40% penduduk Konstantinopel binasa karena wabah tersebut.

Kekaisaran Bizantium tidak jatuh sepenuhnya, karena masih dapat mempertahankan Konstantinopel. Pengepungan Islam atas Konstantinopel pada tahun 674-678 gagal, dan pasukan Arab mundur. Kemenangan Bizantium ini memungkinkan kekaisaran untuk terus berlanjut meskipun dalam bentuk yang kecil.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You might also like
Chat WhatsApp
Hubungi Kami