Alfatihah.com – Sejumlah cara menghindari sikap riya dalam hal ibadah sangat penting diketahui oleh seorang muslim. Pasalnya, penyakit hati satu ini bisa merusak pahala dari amal ibadah yang kita lakukan. Jika terjadi dalam hati kita, maka sia-sia saja amal ibadah yang telah kita lakukan sebelumnya. Oleh sebab itu penyakit yang bisa menyebabkan hati kita condong untuk berharap pujian dari orang lain harus dihindari sedini mungkin.
Mengutip dari laman Nu Online, ada sejumlah penyakit hati yang cukup berat untuk dihindari oleh ahli ibadah. Penyakit tersebut meliputi ujub, sombong, hingga penyakit riya. Meski demikian ada sejumlah kiat atau cara menghindari penyakit riya dalam hal ibadah yang bisa dipraktikkan oleh kaum muslimin. Adapun Imam Al-Ghazali dalam kitab Minhajul Al-Abidin memaparkan 4 cara menghindari sikap riya yang bisa dipraktikkan oleh kaum muslimin.
1. Ibadah serba kekurangan
Mengutip dari laman Nu Online, cara menghindari riya dalam hal ibadah yang pertama adalah merasa bahwa ibadah yang dilakukannya masihkah kurang dengan apa yang Allah SWT berikan kepada manusia. Hal ini bisa dilakukan dengan mengingat dan merenungi firman Allah SWT dalam surah At-Thalaq ayat 12
اَللّٰهُ الَّذِيْ خَلَقَ سَبْعَ سَمٰوٰتٍ وَّمِنَ الْاَرْضِ مِثْلَهُنَّۗ يَتَنَزَّلُ الْاَمْرُ بَيْنَهُنَّ لِتَعْلَمُوْٓا اَنَّ اللّٰهَ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ ەۙ وَّاَنَّ اللّٰهَ قَدْ اَحَاطَ بِكُلِّ شَيْءٍ عِلْمًاࣖ
Artinya:“Allahlah yang menciptakan tujuh langit dan (menciptakan pula) bumi seperti itu. Perintah-Nya berlaku padanya agar kamu mengetahui bahwa Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu dan ilmu Allah benar-benar meliputi segala sesuatu.” (Q.S At-Thalaq: 12)
Adapun menurut Imam Al-Ghazali surah At-Thalaq ayat 12 dianggap sebagai teguran Allah SWT kepada hamba-hambanya. Mengingat Allah SWT telah menciptakan langit, bumi, dan jutaan keindahan yang ada di dalamnya untuk dinikmati para manusia. Meski demikian, rupanya hal-hal seistimewa tersebut tidak mampu membuat hati manusia untuk setia dan senantiasa tunduk kepada Allah SWT. Mereka justru mencari pujian dari sesama manusia lain.
Selain itu, ayat ini juga menegaskan bahwa kekuasaan Allah SWT tidak terbatas dan meliputi segala sesuatu yang ada pada diri hambanya. Dalam hal ini termasuk rasa riya yang terlintas pada diri hamba tersebut. Oleh sebab itu, sebagai manusia yang termasuk makhluk lemah sudah seharusnya kita tunduk dan patuh pada perintah Allah SWT saja.
2. Mendapat kerugian besar
Cara menghindari sikap riya dalam hal ibadah selanjutnya adalah senantiasa mengingat bahwa kita akan mendapatkan kerugian yang besar apabila melaksanakan ibadah demi mendapat pujian dari orang lain. Padahal, jika kita melakukan ibadah sebagaimana yang Rasulullah SAW ajarkan dan menjalankannya semata-mata karena Allah, maka balasan dan keuntungan yang menanti kita di akhirat begitu besar.
Imam Al-Ghazali mengumpamakan ibadah yang terkontaminasi dengan riya bagaikan berlian dengan harga miliaran, lalu pemiliknya menjualnya dengan harga sangat murah. Maka orang tersebut menjadi salah satu orang yang sangat merugi. Ia bisa dikatakan sebagai orang yang memiliki selera rendah, bodoh, dan begitu lemah. Oleh sebab itu, sudah sepantasnya manusia hanya mendedikasikan amal dan ibadahnya kepada Allah SWT agar mendapat keutamaan di dunia dan di akhirat. Allah berfirman dalam Surat An-Nisa ayat 134:
مَنْ كَانَ يُرِيْدُ ثَوَابَ الدُّنْيَا فَعِنْدَ اللّٰهِ ثَوَابُ الدُّنْيَا وَالْاٰخِرَةِۗ
Artinya: “Siapa yang menghendaki pahala dunia, maka di sisi Allah ada pahala dunia dan akhirat.” (Q.S An-Nisa: 134)
Adapun jika ibadah yang dijalankan itu atas dasar kepentingan duniawi, seperti misalnya meraih pujian manusia, maka pahala akhirat tidak akan pernah di dapat. Bahkan pujian manusia itu sendiri belum tentu didapatkan saat menjalankan amalan tersebut. Jika pun pujian manusia berhasil didapatkan, maka pujian tersebut tidaklah sebanding dengan balasan yang Allah SWT janjikan di akhirat kelak.
3. Jangan Mendedikasikan Amal untuk Orang Lain
Cara menghindari sikap riya dalam hal ibadah selanjutnya adalah tidak mendedikasikan amal demi pujian atau pengakuan dari orang lain. Menurut Imam Al-Ghazali sendiri, orang yang kita dedikasikan amalan bisa merasa risih dan tidak suka terhadap tindakan yang kita lakukan. Oleh sebab itu, kita harus senantiasa mengingatkan diri sendiri bahwa orang lain bisa jadi membenci kita apabila mengetahui amal yang kita lakukan didedikasikan untuknya.
Dengan menerapkan praktik demikian, maka tujuan amal ibadah yang semata-mata karena Allah SWT akan segera tumbuh. Karena Allah SWT sangat mencintai dan memuliakan hamba-Nya yang tidak pernah berpaling.
4. Mendapat Ridha Allah
Cara menghindari sikap riya dalam hal ibadah yang terakhir adalah meniatkan amal dan ibadah yang kita lakukan semata-mata karena Allah SWT. Terkait hal ini Imam Al-Ghazali bahkan membuat sebuah perumpamaan bagi orang yang melakukan praktik riya. Menurut beliau orang yang melakukan riya bagikan orang biasa yang sudah mendapat restu dari raja namun malah meminta restu dari gelandangan. Oleh sebab itu, penting bagi kita untuk meniatkan amal dan ibadah semata-mata demi ridha Allah SWT saja.
Itu dia 4 cara menghindari sikap riya dalam hal ibadah yang bisa kita praktekkan. Dengan menerapkan beberapa cara menghindari sikap riya dalam kehidupan sehari-hari maka kita bisa menjalankan ibadah dengan ikhlas, sehingga tidak mendapatkan kerugian di akhirat kelak.
Baca Juga : Wajb Tahu! Inilah 4 Hal yang Harus Dipertanggungjawabkan di Hari Kiamat