
Alfatihah.com – Doa adalah senjata bagi orang beriman, ibadah mulia, dan bentuk penghambaan kita kepada Allah SWT. Namun, agar doa kita dikabulkan, penting untuk memperhatikan adab berdoa yang telah dicontohkan oleh para Nabi. Berikut adalah 3 adab berdoa kepada Allah SWT, yang biasa dilakukan oleh para Nabi yang bisa kita aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Terdapat 3 adab berdoa kepada Allah yang diajarkan oleh para Nabi, yaitu:
Adab berdoa yang pertama yaitu memuji Allah SWT terlebih dahulu. Salah satu kebiasaan utama Nabi saat berdoa adalah memulai dengan memuji Allah SWT sebelum menyampaikan permintaan. Disebutkan dalam salah satu hadist riwayat:
“Jika salah seorang dari kalian sholat (dan akan berdoa) mulailah dengan memuja dan memuji Allah kemudian bersholawatlah kepada Nabi SAW kemudian berdoalah sesuai dengan yang ia inginkan” (H.R atTirmidzi)
Doa yang diawali dengan pujian kepada Allah menunjukkan adab kepada Sang Pencipta. Memuji Allah sebelum berdoa menunjukkan bahwa kita mengakui keagungan dan kekuasaan-Nya, dan bahwa hanya Allah SWT yang layak dipuja sebelum diminta.
Sebelum meminta sesuatu, para Nabi juga mencontohkan untuk muhasabah (introspeksi diri) dan mengakui kesalahan. Ini adalah bentuk kerendahan hati di hadapan Allah.
“Ya Allah, ampunilah kesalahanku dan kebodohanku dan sikapku yang berlebihan dan dari sesuatu yang Engkau lebih mengetahuinya daripadaku. Ya Allah, ampunilah aku dalam sungguh-sungguhanku, gurauku, kesalahanku dan kesegajaanku, dan semuanya itu ada padaku. Ya Allah, ampunilah apa yang telah berlalu dan akan datang dariku, perbuatan yang tersembunyi dan yang tampak, dan apa yang Engkau lebih mengetahuinya daripadaku, Engkaulah Tuhan yang terdahulu dan Engkau yang kemudian, dan Engkau berkuasa atas segala sesuatu” (Muttafaqun ‘alaih) [HR. Bukhari, no. 6399 dan Muslim, no. 2719]
Doa ini menunjukkan bahwa mengakui kesalahan adalah bagian dari proses mendekatkan diri kepada Allah. Dalam Al-Qur’an, Nabi Yunus AS juga berdoa sambil mengakui kesalahan:
“Lā ilāha illā anta subḥānaka innī kuntu minaz-zālimīn.”
Artinya: “Tiada Tuhan selain Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang zalim.” (QS. Al-Anbiya: 87)
Para Nabi mengajarkan bahwa sebelum mengharapkan dikabulkan, kita harus terlebih dahulu membersihkan hati, merenungi kesalahan, dan memperbaiki diri.
Setelah memuji dan bermuhasabah, barulah para Nabi menyampaikan permintaan kepada Allah dan beliau berdoa dengan khusyuk, fokus, dan penuh kejujuran sesuai dengan kebutuhan saat itu. Para Nabi tidak berdoa dengan bahasa yang sulit bahkan tidak ada bahasa khusus untuk berdoa, tetapi dengan bahasa sederhana dan isi doa yang penuh makna. Para Nabi mengajarkan kita untuk berdoa sesuai kebutuhan, tidak berlebihan, dan tidak dibuat-buat. Bahkan untuk hal sepele seperti tali sandal yang putus pun Rasulullah SAW ajarkan untuk memohon kepada Allah. Beliau juga mengingatkan:
“Mintalah kepada Allah segala sesuatu, bahkan tali sandalmu pun mintalah kepada-Nya.” (HR. Tirmidzi)
Hal ini menunjukkan bahwa Allah senang jika hamba-Nya meminta kepada-Nya, apapun bentuk kebutuhannya, besar maupun kecil.
Doa bukan hanya permintaan, tapi juga ibadah dan bentuk kehambaan kita kepada Allah SWT. 3 adab berdoa para Nabi diatas, bisa kita terapkan dalam kebiasaan kita dalam berdoa yaitu memuji Allah terlebih dahulu, muhasabah dan mengakui kekurangan, dan meminta sesuai kebutuhan dan dengan hati yang tulus. Ingatlah bahwa Allah Maha Mendengar dan tidak akan menolak doa seorang hamba yang datang dengan hati yang lembut dan penuh iman.
Baca Juga : Kehidupan di Alam Barzah: Apa yang Terjadi Setelah Kematian?