2 Waktu Tidak Diterimanya Taubat: Jangan Tunggu Tua dan Menyesal di Akhirat!

Alfatihah.com – Ada waktu tidak diterimanya taubat, dimana dalam masa tersebut seorang hamba sudah tidak dapat lagi taubatnya dari Allah SWT. Padahal, Allah SWT telah memberikan kesempatan yang begitu luas dan banyak untuk seorang hamba-Nya bertaubat.

Banyak mindset dari seorang muslim yang masih menunda-nunda taubat. Seperti kata-kata yang seringkali kita dengar, yaitu “Hidup cuma sekali, nikmati dulu yang ada dan taubatnya nanti kalau sudah tua”, astaghfirullah wa naudzubillah.

Padahal, kita sebagai seorang hamba tidak bisa memastikan apakah bisa hidup sampai tua nanti? Bahkan besok atau satu jam selanjutnya pun, kita tidak akan bisa memprediksi ajal diri datangnya kapan? Oleh karenanya, jangan sampai kita berbangga diri akan sesuatu yang tidak pasti.

Taubatlah setiap saat ketika masih diberikan waktu, sebelum datang masa tidak diterimanya taubat. Pada saat itu, Allah SWT akan menutup semua pintu taubat untuk hamba-hambaNya. Ada setidaknya 2 waktu tidak diterimanya taubat, berikut pembahasannya.

Waktu Tidak Diterimanya Taubat

1. Ajal Menjemput

Waktu tidak diterimanya taubat adalah pada saat seseorang dijemput ajalnya, pada saat itu juga semua urusan di dunia akan terputus. Begitu juga dengan pintu taubat yang akan tertutup, karena kesempatan seorang hamba untuk bertaubat telah usai.Hal ini seperti dalam hadist yang diriwayatkan oleh Tirmidzi, Nabi SAW bersabda:

إنّ اللّٰهَ يَقْبَلُ تَوبَةَ العَبدِ مَا لَمْ يُغَرْ غِر

Artinya: “Sesungguhnya Allah SWT menerima taubat seorang hamba selama ruhnya belum sampai di kerongkongan.” (HR. Tirmidzi. Beliau mengatakan bahwa hadist ini adalah hasan garib)

Selain terdapat dalam hadist diatas, waktu tidak diterimanya taubat juga terdapat dalam kitab suci Al-Qur’an. Hal ini terdapat dalam Qur’an surah An-Nisa’ ayat 18, yang berbunyi:

وَلاَيْسَتِ التَّوْبَةُ لِلَّذِيْنَ يَعْمَلُوْنَ السَّيِّاٰتِۚ حَتّٰىٓ اِذَا حَضَرَ اَحَدَهُمُ الْمَوْتُ قَالَ اِنِّيْ تُبْتُ الْـٰٔنَ وَلَا الَّذِيْنَ يَمُوْتُوْنَ وَهُمْ كُفَّارٌۗ اُولٰۤىِٕكَ اَعْتَدْنَا لَهُمْ عَذَ ًا اَلِيْمًا

Artinya: “Dan tidaklah taubat itu diterima Allah dari orang-orang yang mengerjakan kejahatan (yang) hingga apabila datang ajal kepada seseorang di antara mereka, (barulah) ia mengatakan: “Sesungguhnya saya bertaubat sekarang”. Dan tidak (pula diterima taubat) orang-orang yang mati sedang mereka di dalam kekafiran. Bagi orang-orang itu telah Kami sediakan siksa yang pedih.” (QS. An-Nisa’: 18). 

Ayat di atas memiliki tafsir dari Syekh Wahbah az-Zuhaili dalam al-Tafsir al-Munir. Menurut tafsirnya bahwa diterimanya taubat dan ampunan dari Allah SWT pada seorang hamba merupakan sebuah nikmat sekaligus kebaikan bagi orang yang telah berbuat hingga terjerumus ke dalam dosa, selama seorang hamba tersebut tidak melakukan dosa secara terus menerus.

Dalam lanjutan tafsirnya, Syekh Wahbah az-Zuhaili menafsirkan ayat tersebut bahwa para hamba-hambaNya melakukan suatu perbuatan dosa karena adanya godaan setan dan hawa nafsu. Setelah itu, mereka bertaubat sebelum nyawa berada di ujung kerongkongan, dalam keadaan melihat malaikat mencabut ruh pun bahkan taubat masih diterima.

Dalam tafsir ayat diatas, bahwa seorang hamba yang hatinya menginginkan taubat, walaupun dalam keadaan telah melihat malaikat mencabut ruh pun masih diterima oleh Allah SWT. Allah SWT sangatlah Maha Pengasih dan Penyayang bagi para hamba-hambaNya, Ia berlaku adil pada setiap umatnya khususnya dalam penerimaan taubat. Oleh karenanya, segeralah bertaubat sebelum datang waktu tidak diterimanya taubat.

2. Hari Kiamat

Saat kiamat muncul, berbagai kenyataan terbuka dengan sendirinya dan mereka para hamba akan menyaksikannya langsung. Pada masa ini, semua alam semesta hancur dan tidak ada lagi pintu taubat terbuka bagi para hamba yang memintanya.

Pada hari kiamat atau saat matahari terbit dari arah barat inilah waktu tidak diterimanya taubat tiba. Seorang hamba tak dapat lagi bertaubat selayaknya pada masa sebelumnya. Hal ini termaktub dalam hadist yang diriwayatkan oleh Abu Dawud, yaitu yang berbunyi:

لا تنقطع الهجرة حتى تنقطع التوبة، ولا تنقطع التوبة حتى تطلع الشمس من معربها

Artinya: “Hijrah tidak akan terhenti hingga terputusnya pintu taubat dan pintu taubat tidak pernah terputus hingga matahari terbit dari arah barat.” (HR. Abu Dawud yang dishahihkan oleh Al Albani)

Namun, selain itu tak hanya taubat yang tidak diterima. Bahkan keimanan pun tak lagi diterima apabila seorang hamba tersebut sebelumnya tidak beriman. Seperti yang tercantum dalam Al-Qur’an, yaitu yang berbunyi:

يَوْمَ يَأْتِي بَعْضُ آيَاتِ رَبِّكَ لَا يَنْفَعُ نَفْسًا إِيمَانُهَا لَمْ تَكُنْ آمَنَتْ مِنْ قَبْلُ أَوْ كَسَبَتْ فِي إِيمَانِهَا خَيْرًا

Artinya: “… pada hari datangnya sebagian tanda-tanda Rabb-mu tidaklah berguna lagi iman seseorang yang belum beriman sebelum itu, atau dia (belum) mengusahakan kebaikan dengan imannya itu…” (Al-An’am/6: 158)

Pada saat hari akhir atau kiamat tiba, manusia berbondong-bondong menuju ke keimanan. Namun padahal, pada saat itu juga keimanan mereka tidak berguna. Sangat disayangkan, jika kita sebagai seorang hamba hanya bisa menunda-nunda waktu taubat. Padahal kebanyakan manusia itu lalai, hingga kemudian menyesal pada akhirnya.

Itulah paparan mengenai waktu tidak diterimanya taubat. Mari kita bersama sebagai seorang hamba-Nya, bertaubat setiap saat hanya dengan sering mengucap dzikir istighfar ataupun melaksanakan shalat taubat. Dengan catatan, taubat dilaksanakan dengan sungguh-sungguh dan khusyuk.

Baca Juga: Inilah 6 Keutamaan Shalat Taubat! Salah Satunya Membersihkan Jiwa dan Hati

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Kamu harus baca
Chat WhatsApp
WhatsApp